Tuesday, April 21, 2009

Telaga Senja (16)

http://www.youtube.com/watch?v=6S9ecXWCBCc

“ Oh please release me, let me go /For I don’t love you anymore /To waste our lives would be a sin /Release me and let me love again.

I have found a new love dear /And I will always want her near /Her lips are warm while yours are cold /Oh release me, my darling let me go / Please release me, let me go /For I don’t love you anymore /To waste our lives would be a sin /So release me and let me love again

Please release me, can’t you see /You’d be a fool to cling to me /To share our lives would bring us pain /So, release me, and let me love again Let me go, oh release me, my darling /Let me go.
=============
Tetapi abang diam ketika hal yang sama dilakukannya kepada teman kita Siti, lucu iya abang.! Sebenarnya saat itu hatiku sudah mulai berbunga-bunga. Abang juga tahu bukan?.
================
Zung, Setiap malam minggu, aku tak sabaran menunggumu di teras bersejarah, mili kita , waktu itu abang “baptis “ nama teras “MH” ( Magda-Holong). Di teras itu kita ribut sekaligus memadu cinta. Aku selalu berpura-pura marah kepadamu bang, karena aku ingin disayang. Aku paling suka bila rambutku digerai, abang tahu itu.

Belakangan aku sadar, abang juga suka berpura-pura, supaya aku memanjakanmu. Abang bilang sakit, ternyata ecek-ecek. Padahal maunya abang supaya aku menyuapimu makan. Aku juga tahu, waktu itu, abang menyediakan sendok, gelas dan piring hanya satu, selainnya abang sembunyikan kan? Maunya abang biar kita makan bersama dengan satu sendok, gelas dan piring untuk berdua. Eh..tahe abangku.

Abang masih ingat peristiwa Jl. Kangkung itu? Sepulang dari sekolah, abang menghajar ulu hati Bistok hingga terjongkok-jongkok. Saat itu aku sangat benci kepada abang. Makanya beberapa hari , disekolah, aku nggak mau cakapan denganmu. Juga, berapa kali abang kerumah, aku tak mau menjumpaimu. Aku sebenarnya merasa kasihan melihat wajah abang murung, ketika aku mengintip dari selah-selah jendela rumah.

Bang, marahku luluh, ketika abang menghajar Ridwan karena dia kurang ajar terhadapku. Mestinya abang tak usah menghajar dia, cukup ditegur. Tetapi itulah cara abang mencuri hatiku. Memang abang pintar mengambil hati, mamiku juga mengakui itu. Dan itu pula membuat ibu Susan jatuh hati padamu, Iya kan bang.!?”

Zung, masih ingatkah ruangan “perpustakaan biru”, kamar abang, yang menjadi saksi bisu betapa banyaknya airmataku tercurah disana hanya karena kasih sayangku padamu. Kadangklala abang marah, aku merajuk dan...ah..bang aku jadi terenyuh manakala bujuk rayu dan intonasi suaramu mengalun lembut di telingaku, sementara tangamu menggerai rambutku, sesekali abang mencium rambut yang kubiarkan panjang atas permintaanmu itu.
Tetapi bang, aku merasa ketakutan bila suaramu menggelegar bagai petir dikala aku, menurutmu, menjeng. Iya bang aku butuh disayang, aku menjeng? Ya.! Aku ingin dimanjakan oleh abang seorang.

Di kamar “perpustakaan” itu, entah kenapa kita paling senang menyanyikan lagu : ”Please release me.” Bila aku merindukanmu, meski abang telah"menceraikanku", sering kunyanyikan dikamar, diatas bantal yang dulu sering abang pakai.

Oh..ya abang aku masih ingat pada pBolderebutan kejuaraan antar perguruan karate itu. Aku melarangmu karena ujian sarjana sudah dekat, tetapi abang bersikeras. Waktu itu abang berjanji, itulah pertandingan akhir untukmu dan ingin merebut piala, kemudian akan menyerahkan kepadaku sebagai tanda cintamu. Masih ingat bang? Sore itu aku meraung histeris melihat abang terkapar dilapangan karena permainan curang lawan mainmu.

Aku berlari kelapanagan memeluk abang dan menciumi, aku tak perduli dengan manusia disekitar lapangan itu, juga dengan adik Jonathan yang terus marah karena aku terus menangisimu hingga kerumah sakit. Saat itu aku mengira abang akan pergi selamanya. Masa aku janda sebelum menikah bang?..hahahaha.

Bang, aku gemas bila Susan dosen kita itu, mantan pacarmu, menuturkan hubungan asmaramu dengannya. Susan menceritakan masa-masa romantis kalian dirumah ketika suaminya di London. Dua hari setelah abang berangkat, aku diajak menginap dirumahnya, kebetulan suaminya tugas keluar kota.

Susan tidak lagi merasa sungkan menceritakan hubunganmu dengannya, setelah aku yakinkan, bahwa aku dan abang sudah tidak pacaran lagi, betul nggak bang.? Susan juga menuturkan bila abang dan dia berdansa, teler, kemudian tertidur di atas sofa diruang tamunya.

Zung, aku dan Susan tidur di kamar ketika abang dan dia pernah tidur bersama. Kami rebutan bantal yang abang pakai ketika itu, aku kalah, tetapi dia memberiku selimut yang abang pakai kala itu. Zung, aku sedih ketika Susan menolak memberikan t-shirt mu yang tertinggal dirumahnya. Aku semakin kesal ketika dia mengenakan didepanku, entahlah Zung, aku cemburu atau apalah.

Aku mengambil fotomu bersama Susan tanpa sepengetahuannya. Aku simpan foto itu dalam albumku, nggak apa-apa kan bang? Zung, akhirnya ketahuan juga, kenapa abang menolak uang pemberianku. Susan menceritakan, abang mendapat tiket dan sejumlah uang dari Susan. Oalahh..abang...abang, kenapa nggak terus terang saat itu. Aku pikir abang marah .

Zung, sudah ya, telephon aku setelah terima surat ini, agar aku dapat tidur.
Peluk ciumku ; Magdalena Elisabeth yang pernah menyangimu ( Bersambung).

Los Angeles. April 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/