Tuesday, July 28, 2009

Telaga Senja (89)



http://www.youtube.com/watch?v=CR3hg452VGc

I must be crazy now/Maybe I dream too much/But when I think of you/I long to feel your touch
To whisper in your ear/Words that are old as time/Words only you would hear/If only you were mine

I wish I could go back to the very first day I saw you/Should've made my move when you looked in my eyes/'Cause by now I know that you'd feel the way that I do/And I'd whisper these words as you'd lie here by my side

I love you, please say/You love me too, these three words/They could change our lives forever/And I promise you that we will always be together/Till the end of time

So today, I finally find the courage deep inside/Just to walk right up to your door/But my body can't move when I finally get to it/Just like a thousand times before

Then without a word he handed me this letter/Read I hope this finds the way into your heart, it said

I love you, please say/You love me too, these three words/They could change our lives forever/And I promise you that we will always be together/Till the end of time

Well maybe I, I need a little love yeah/And maybe I, I need a little care/And maybe I, maybe you, maybe you, maybe you/Oh you need somebody just to hold you/If you do, just reach out and I'll be there

I love you, please say/You love me too/Please say you love me too
Till the end of time/These three words/They could change our lives forever/And I promise you that we will always be together

Oh, I love you/Please say you love me too/Please please/Say you love me too /Till the end of time/My baby/Together, together, forever/Till the end of time/I love you/I will be your light/Shining bright/Shining through your eyes My baby

==================
Jadi untuk sementara ini aku masih pilihan utama dong,?" candaku.
" Wajah mbak Magda membayang-bayangiku mas." jawabnya serius.
" Aku....Gunawan....pilih mana, seandainya..."
" You're still the one, but not belong to," jawabnya sambil mengelus wajahku.
===================

TIDAK terlalu kaget mendengar pengakuan Laura tentang hubunganku dengan Magdalena. Aku menduga Laura terus berkomunikasi dengan Rina di Medan. Memang, aku juga pernah mengaku pada Laura, kalau aku masih punya hubungan dengan Magdalena. Tetapi saat itu Laura tidak terlalu memperhatikan pengakuanku. Boleh jadi, aku dianggap hanya dalih untuk menghindar darinya, kala itu. Laura pernah berbicara singkat dengan Magdalena, ketika di berulang tahun. Setelah itu, ternyata Laura masih berkomunikasi dengan dia melalui Rina.

"Laura pernah berkomunikasi dengan Magda setelah mengucapkan selamat pada hari ulang tahunnya .?"
“Iya. Tadinya Magdalena enggan berbicara denganku, mungkin dia cemburu. Dikiranya kita sedang pacaran.?”
“ Menurut Laura, kita ini sedang apa.?” pancingku.
“ Nggak tahu!” jawabnya. Laura tak mau menjawab secara terus terang.
" Kamu tidak pernah mau terbuka Laura. Katakan sejujurnya, aku ingin mendengar langsung dari mulutmu," desakku.
" Ya. Aku sempat mencintai mas."
" Sempat atau masih.?"

" Cukuplah mas. Masya sih semuanya harus kujawab. Mas kan punya rasa.?"
" Terus bagaimana lanjutan cerita mu dengan Magda.?"
“ Mas, saat aku menyampaikan selamat hari ulangtahun kepada mbak Magda, dia kurang bersemangat menyambut ucapan selamat dariku. Pagi harinya, aku menelpon Rina. Kami bicara lama; dia mengungkapkan perihal hubungan mas dengan mbak Magda. Selama ini aku mengira, kalau mas telah putus dengan mbak Magda. Rina menyarankan agar aku menelpon mbak Magda malam hari.

" Apa perlunya Laura menelepon Magda?"
" Aku mau mengaku jujur, bahwa sebelumnya, tidak tahu kalau mas masih punya hubungan dengan mbak itu."
" Setelah Laura tahu, kemudian bagaimana.?"
" Aku membatasi diri, meski itu sangat berat. "
" Apa saja yang kalian bicarakan."
" Banyak mas. Malam harinya aku bicara lama dengan mbak Magdalena. Tadinya aku mengira dia nggak mau bicara denganku, ternyata dia begitu baik, hangat dan menyenangkan. Mbak Magda tak sedikitpun merasa cemburu meski aku ceritakan kebersamaan kita. Mbak Magda mengaku, masih percaya dengan kejujuran mas. Rupanya mas sudah cerita juga tentang aku iya?”
“ Ya. Aku ceritakan kalau Laura calon isteri kedua,” candaku. Wajahnya tiba-tiba cemberut setelah mendengar candaku. Oalah...perempuan yang satu ini sukar diajak bercanda, pikirku.

“ Mas sudah cukup dua,?” tanyanya sinis.
“ Lho, kok serius? Terus bagaimana lanjutan ceritamu dengan Rina.?” ujarku sambil menepuk wajahnya yang masih cemberut.
“ Mbak Magda dan Rina mengundangku ke Medan kalau Rina sudah melahirkan.”
“ Laura menyesal berteman denganku setelah berbicara dengan Magda.”
“ Nggak. Sedikitpun tidak ada rasa penyesalan. Malah aku merasa beruntung berkenalan dengan mas yang telah berlumur dengan "dosa-dosa asmara" berikut sejuta pengalaman. Tetapi aku heran, bagaimana seorang mahasiswa dapat pacaran dengan ibu dosennya,” sindirnya.

“ Magda menceritakan itu juga padamu?”
“ Oh..bukan. Sebelumnya Rina yang cerita. Aku nggak tega menanyakan itu pada mbak Magda. Rupanya mas bermata belang," ujarnya diiringi tawa.
" Nggak jugalah. Wong waktu itu aku sudah sempat putus dengan Magda kok. Jadi aku nggak salah, karena tidak punya ikatan lagi dengannya. Aku bebas berteman dengan siapapun; Demikian sebaliknya, Magda bebas berteman dengan lelaki pilihan hatinya."
" Tetapi hingga saat ini, mbak Magda nggak punya teman dengan siapapun kecuali dengan mas."
" Salah dia sendiri," jawabku sambil ketawa.
Laura menanggapi serius. " Mas nggak mengerti perasaan perempuan. Tidak semudah itu melupakan seseorang yang telah dicintainya selama bertahun-tahun.!"
" Ya aku mengerti. Itu sebabnya aku kembali kepadanya. Jujur, aku juga sukar melupakannya. Dulu, dengan Susan hanya pelarian dan pelampiasan hati yang terluka."
" Terluka? Tapi mas masih mampu "mengobral" cinta.?"

“ Luara Sudah! Itu kisah masa lalu, tidak usah diungkit lagi,” pintaku.
“ Jadi mas sudah bertobat?” tanyanya.
“ Iya. Bertobat pacaran dengan perempuan yang masih bersuami, apapun alasannya.”
“ Emang mas, cinta itu bagai suatu misteri yang sukar dimengerti. Selalu mencari celah bagaimana mendapatkannya, bahkan kadangkala mampu membohongi diri sendiri.”
“ Untuk kasus yang satu ini, aku rasa nggak. Cinta itu membutakan, iya. Entahlah kalau itu kamu sebut misteri. Karena aku "buta" dibutakan oleh cinta pelarian sehingga tak mampu menempatkan cinta itu pada proporsi yang sebenarnya. Aku, melabrak norma-norma kepatutan. Pacaran dengan perempuan yang telah bersuami adalah tindakan maha bodoh, apapun alasannya.”

“ Apa sih alasannya mas tertarik dengan ibu Susan,? “ tanyanya serius.
“ Laura ! Aku menjawab pertanyaan terakhir, setelah ini jangan dilanjutkan lagi, okey !? Meski Susan sudah menikah bertahun-tahun lamanya, tetapi suaminya tak mampu memberi nafkah lahir batin. Susan masih tetap seperti gadis. Mengerti maksudku?”
“ Lho, kok bisa begitu.?”
“ Cukup Laura. Kita bicara yang lain saja.”

***
Tak terasa pembicaraan kami melebar hingga pada kisah cintaku dengan Magda dan Susan, sementara waktu telah menunjukkan pukul dua pagi. Laura menolak kuantar pulang kerumahnya. Dia menelepon front office, meminta kunci kamar kosong.
“ Apa mami nggak curiga kalau Laura sendirian tidur di hotel?”tanyaku.
“ Nggak. Apa bedanya aku tidur dirumah dan disini?”
“ Oh..iya, aku lupa kalau hotel ini milikmu.?”
“ Bukan. Ini masih milik orang tuaku.” jawabnya ketawa. “ Mas, Setelah aku diwisuda, papi-mami menganggap aku telah cukup dewasa menjaga diri,” imbuhnya.
“ Hanya masalah jodoh Laura belum dianggap dewasa,” balasku.

Laura agak kaget mendengar celutukanku. Dia memandangiku, lama, dan tersenyum pahit tak bergairah. Lagi-lagi aku menyesali diriku sendiri karena celutukan itu telah menyinggung perasaanya. Segera aku mengusap-usap wajahnya;” maaf Lauara mulutku latah,” ujarku. Laura tetap menatapku dengan kerut wajah murung. ( Bersambung)

Los Angeles, July 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/