Saturday, April 11, 2009

Telaga Senja (10)


Up Where We Belong
Who knows what tomorrow brings /In a world where few hearts survive /All I know is the way I feel /When its real I leep it alive /The road is long there are mountains in the way

Love lift us up where we belong /Where the eagles fly on a mountan high /Love lift us up where we belong /Far from the world below /Where the clear winds blow
Some hang on to usued to be /Live there life looking behind /All we have is here and now
All our lives out there to find /The road is long and there are mountains in my way /But we climb the stairs everyday
Chorus
Time goes by no time to cry Just you and I alone
Chorus
===========
" Hahh..!? Heran, jaman sekarang masih ada orangtua seortodok itu. Aku juga korban orangtua pacarku; satu suku dengan mas"
========

“ Bah, pacarmu dulu orang Sumtera, orang batak pula. Bagaimana kisahnya.?”
“Ah....sudahlah mas. Kisah itu akan mengungkit kenangan lama yang sangat menyiksaku. Aku telah berusaha untuk melupakannya,” ujarnya lantas beranjak mengajakku pulang.

“ Rina, duduklah sebentar. Tuturkanlah dulu kisahmu, agaknya mirip dengan kisahkasihku dengan mantan pacarku Magdalena. Kapan kejadiannya? ” Ayo ceritalah, nanti aku akan menuturkan kisah cintaku dengan dosenku, mau?”
“ Mas, pacaran dengan dosen, kok bisa,?” tanyanya dengan mengeritkan dahinya.
“ Namanya cinta, apa yang mungkin, bukankah cinta itu soal hati.? Ayo Rina ceritakanlah kisah cintamu itu,” pintaku.

“ Kami telah berhubungan dengan pacarku, namanya Paian, sejak akhir semester V. Ketika itu, kami sama-sama kuliah dan kebetulan tempat kost yang sama. Kami satu jurusan di fakultas yang sama. Setiap pulang kuliah, aku dan dia serta beberapa teman satu angkatan belajar besama. “
“ Rina kuliah di mana?”
“ Aku kuliah di UGM Yogjakarta.”

“ Lanjut Rin.”
“ Kami berhubungan hingga di wusuda. Beberapa bulan setelah wisuda, dia pulang kampung, janjinya hanya dua minggu. Aku menunggu selama sebulan, tak ada berita. Aku berusaha mencari alamat orangtuanya lewat teman kami satu fakultas, namanya Rihat. Dia memberi tahu alamat kampungnya. Rencanaku mau menemui langsung, tetapi aku mengurungkan niat setelah Rihat bersedia menghubungiku bila bertemu dengan Paian. “

“ Rihat jadi menghubungimu.”
“ Huh...Mari kita pulang mas. Sudah malam,” desahnya.
“ Lanjutlah, terus bagaimana akhirnya.”

Rina tak mampu menahan emosinya, dia katupkan bibirnya rapat lalu menundukkan kepalanya. Aku memberinya kertas tissu yang tersedia diatas meja.

“ Mas, ayolah kita pulang,” ujarnya menahan isak.
“ Rina, kamu belum menjawab pertanyaanku. Rihat jadi menghubungi mu.?” Rina tidak menjawab, kepalanya tertunduk dan hanya menganguk.
“ Apa kata Rihat, Paian sakit? Meninggal?” tanyaku tak sabaran.
“ Iya mas, dia telah mati.”
“ Kenapa? dia sakit ? kecelakaan?”
“ Iya dia telah mati dalam kenanganku. Sebenarnya aku telah menguburkan nama dia untuk selamanya. Entah kenapa aku terpancing dengan pertanyaan mas. Paian menikah dengan pilihan orangtuanya, katanya pariban. Padahal aku telah memberinya yang terbaik karena aku mempercayainya. " ucapnya ketir.

Aku mengajaknya keluar dari coffe shop setelah Rina dapat menguasai hatinya. Sebelum kami pulang, aku mengajaknya masuk ke ruangan casino.
“ Kita hanya sebentar, janji aku tak main. Aku hanya melihat barangkali Ria ada didalam,” bujukku.
Aku dan Rina masuk dan mengitari ruangan hingga ke restaurant casino, tapi aku tak menemukannya. Rina heran ketika aku menanyakan tanggal kelahirannya, mana tahu angka beruntung, pikirku.

“ Kok mas tanya tanggal kelahiranku.? "
“ Ingin tahu saja.”
“ Kenapa tanya hanya tanggal lahir. "
Rina mencubit lambungku setelah melihat chips kutaruh pada nomor sesuai dengan tanggal lahirnya, tembus. Rina menolak ketika aku memberikan sebagian kemenangan itu.
“ Nggak, aku nggak mau uang judi.”

Bersambung)
***
Los Angeles. April 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/


Telaga Senja (9)



http://www.youtube.com/watch?v=P74v-5VfjpM

Oooh oooh ........Hmmmmh
(Verse)
It's been the longest winter without you /I didn't know where to turn to /See somehow i can't forget you /After all that we've been through

Going /Coming /Thought i heard a knock(Whose there, Noone?) /Thinking that (I deserve it)
Now i have realised /that i really didn't knooOooOw

If you didn't notice You mean everything (quickly I'm learning) /To love again (all i know is)
I'm be oooOook
(Chorus)
Thought i couldn't live without you /It's going to hurt when it heals too /Oh yeaah (It'll All get Better In Time) /Even though i really love you /I'm gonna smile because i deserve too /Oooh(It'll all get better in time)

(Verse)
I could of turned on the TV /Without something that would remind me /Was it all that easy? /To just put us out your feeling

If i'm dreamin /Don't want to let it (hurt my feelings) /But that's the past (i believe it) /And i know that, time will heal it

If you didn't notice /Well you mean everything (quickly i'm learning) /Oooh turn up again (All i know is) /I'm be ok
(Back to Chorus)

Since there's no more you and me (No more you and me) /This time i let you go so i can be free
And Live my life how it should be(No No No No No No) /No matter how hard it is /I will be fine without you /Yes i Will
(Chorus)
...............

MULUT Rina berdecak kagum melihat keindahan warna warni bunga yang tertata rapi dalam pajangan. Tampak Rina berbicara serius dengan pemilik toko didekat sejumlah kembang yang kuncupnya mulai merekah. Aku mendekati penjaga toko lainnya dan menyuruhnya untuk mengangkat kembang-kembang yang menurutku Rina senangi.

Rina heran ketika aku meminta kunci mobilnya. “ Mas mau kemana, sabaran dong,” ujarnya kesal.
“ Dompetku ketinggalan dalam mobil,” ujarku.
***
Aku membayar sejumlah kembang, sementara karyawan toko memasukkannya ke mobil. Rina tertegun, kedua tangannya menutup mulutnya menahan teriak rasa senangnya melihat sejumlah kembang dimasukkan ke dalam mobil.

“ Mas, kembangnya mau dibawa kemana? Untuk siapa?”
“ Persiapan, kalau aku nanti jadi beli perumnas,” ujarku ketawa.
“ Halah mas ngeledek iya. Aku serius, uang yang di tipu Ria itu dapat membayar uang muka perumnas.”
“ Iya, siapa tahu nanti aku ketemu Ria dan dia mau mengembalikan uang itu. "

“ Nggak usah mengharap, jangan mimpi ketemu dengannya,” ujarnya
“ Kalau nggak dapat ketemu langsung, syukur ketemu dalam mimpi. Bukankah juga hidup ini bagai mimpi!? Akupun tak menduga kalau ketemu perempuan seperti Ria penipu dan Rina yang baik ? Aku juga seorang jutawan tanpa pekerjaan, meski hanya sekejap.!”

“Maksud mas?”
“Seandainya Ria tidak menipuku aku akan jadi pemuda jutawan tanpa pekerjaan.? Bukankah itu bagai mimpi?”
***
“ Rina masih punya waktu sebentar, kita ke coffe shop’?”
“ Mau, tapi jangan ke situ,” ujarnya menunjuk Hotel disebelah casino.
“ Ayolah, disana tempatnya teduh dan romantis sambil mendengar alunan musik,” bujukku.

Aku memilih duduk disudut ruangan menghadap tangga eskalator, mengharap mataku dapat melihat Ria, barangkali dia menginap di hotel. Sementara kami menikmati makanan kecil diiringi musik romantis, Rina menanyakan kejadian malam ketika aku mabuk berat.
“ Kok Rina tahu aku teler.?”
“ Kemarin Sonya mampir kerumah, dia melihatku dan adikku murung karena terus diomelin. Papi dan mami marah-marah karena mas nggak pulang. Orangtuaku khawatir keselamatanmu, karena mas belum tahu banyak tentang Jakarta.

“ Sonya tinggal dimana.?”
“ Dia tinggal dipojok jalan itu. Sonya yang memberitahu kalau dia ketemu mas di bar dan teler hingga menjelang pagi. Dia juga cerita, kalau mas telephon pacar dan marah-marah.”
“ Dari siapa Sonya tahu aku tinggal disini?”
“ Mas setiap hari lewat depan rumahnya. Nama pacarnya Magda iya?” tanya Rina.

“ Ya. Kami memang pernah pacaran selama lima tahun, tetapi akhirnya putus.!”
“ Mas, aku heran. Pacaran selama lima tahun kemudian putus, tetapi kok masih berhubungan dan marah-marahan, piye toh mas.!”
“ Rina tahu aku dan Magda marah-marahan.?”
“ Aku tahu dari Sonya.”

“ Rina, aku juga bingung atas hubungan kami. Putus tetapi masih seperti pacaran, dia dan aku masih punya rasa cemburu. Magda juga sering merajuk manakala aku tak memperdulikannya. Sebenarnya, dari segi adat , aku dan dia tidak dapat menikah karena kami mempunyai hubungan kekerabatan dari pihak ibu. Aku dan Magda kakak adik. Tetapi kami mengetahuinya setelah setelah cinta telah mengisi sudut-sudut hati kami.”
“ Jadi mas putus dengannya karena adat itu.?” tanyanya serius.
“ Bukan.Tanpa sepengetahuan dia, papinya telah menjodohkannya dengan lelaki lain.”
“ Hahh..!? Heran, jaman sekarang masih ada orangtua seortodok itu. Aku juga korban orangtua pacarku; satu suku dengan mas”(Bersambung)
Los Angeles. April 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/

Telaga Senja (8)






http://www.youtube.com/watch?v=oCFY5IuQ-MQ

============

Aku meninggalkan bank dengan rasa kesal, setelah manager bank menjelaskan prosedur penarikan uang simpanan. Rina dan adikku terus menanyakan selama perjalanan menuju rumah makan. =================

“ Siapa Ria itu mas, bekas pacar,?” tanya Rina.
“ Nggak. Kami ketemu dan kenalan di casino."
“ Berapa jumlah uang yang didepositkan,” tanya adikku Lam Hot.
Rina dan Lam Hot terperanjat mendengar jumlah uang yang di depositokan.
“Abang bego benar! Abang percaya dengan seorang perempuan yang baru kenal hanya beberapa jam, di casino lagi. Katanya abang sarjana, bodohnya nggak ketolongan, huh!” kesal adikku Lam Hot .
“ Seandainya uang itu mas titipin ke aku, aku akan ajak mas membeli rumah perumnas. Jumlahnya lebih dari cukup untuk down payment,” tambah Rina.

“ Sudahlah, anggap saja itu uang setan ditelan kuntil anak. Aku juga memperolehnya secara kebetulan. Kalau saja Rina tidak meninggalkanku kemarin, tidak mungkin aku main judi. Tempatnya saja aku tahu secara kebetulan.”

“ Bagaimana mas bisa dekat dengan Ria.?”
“ Aku dan Ria duduk bersebelahan ketika sedang main bacarat. Ria merasa iba melihatku ketika uangku hampir ludes; Dia mengingatkanku, supaya menguasai diri. Tadinya aku yakin dia perempuan baik-baik, ternyata ada dusta dibalik kelopak matanya.“

“ Namanya penipu bang, harus berlaku seperti orang baik-baik dan santun,” ketus adikku.
“ Iya,entah kenapa aku seperti kena hypnotis, aku mau saja apa yang dia usulkan, hingga kami pergi ke bank. Aku sudah berusaha menghubunginya, ternyata nomor telephon yang diberikannya milik orang lain .”
“ Mas, boleh aku lihat nomor telephonnya,?” tanya Rina.
“ Ini daerah Kebayoran,” ujar Rina setelah melihat nomor telephonnya.

***
Rina dan adikku bergantian menghubungi nomor telephon yang diberikan Ria; Jawabannya selalu sama, tidak ada perempuan bernama Ria.

“Lupakanlah itu,” ujarku setelah mendengar omelan adikku dan Rina bertalu-talu. Rina menghantarkan adikku kembali kekantornya dibilangan Jl. Thamrin.
“ Mas mau aku antar ke Ancol lagi melihat lukisan?” tanya Rina.

“ Boleh! Boleh..ayo sekarang,” kataku benafsu. “ Nanti, Rina tingalkan aku lagi, biar aku main judi mudah-mudahan menang,” ujarku tertawa.
“ Mas, main judi aku tinggal.”
“ Rina , maaf kejadian tadi malam, aku sampai kehilangan kontrol. Aku tidak tahu apa yang terjadi kalau aku tidak ketemu Sonya.”

“ Aku juga merasa bersalah, setelah kita berpisah di art galery kemarin. Papi dan mami ngomelin aku terus semalaman karena mas nggak pulang-pulang. Kami kira mas diculik, eh..tahunya bersama Ria. Cantik nggak sih orangnya? Mas langsung kepicut iya.?”

“ Lebih cantik kamu . "
“ Hmm..mulut lelaki,” ujarnya lirih, menatapku.
“ Kenapa dengan mulut lelaki Rin.?”
“ Bias dan berbisa mas!”

“ Apa bedanya dengan mulut perempuan !?.Kemarin aku kena bisa dan terbius oleh perempuan.”
“ Lho, beda dong, dia kan perempuan casino, penjudi.! Sudah ah...mas ke art galey, aku mau lihat kembang,” ujarnya.

“ Rina, kamu malu jalan bersama aku iya. Kenapa nggak mau jalan bareng,?”
“ Aku nggak suka melihat lukisan, abstrak lagi, “ujarnya.
“ Iya, sudah, kita nggak usah kesana, aku temani Rina lihat kembang. Aku juga suka kembang.”
“ Iyalah, aku temani mas ke art galery, setelah itu kita lihat-lihat kembangnya,”ujar Rina mengalah.

Aku melihat Rina mulai bosan, setelah hampir satu jam menikmati sejumlah lukisan didalam galery itu. Rina kaget ketika aku menggeggam tangannya, mengajak keluar ruangan, dia agak meronta.

“ Rina malu jalan bareng denganku!?”
“ Nggak, aku nggak malu. Aku takut dilihat sama Ria,” ucapnya membiarkan tangannya dalam gemgamanku.
“ Ria si kuntil anak itu? Jangan sebut-sebut nama itu lagi.”
“ Kita ke sana mas,”ujarnya seraya menarik lenganku.(Bersambung)
Los Angeles. April 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/

Telaga Senja (7)

(====================
Aku segera membayarkan ke tiga gelang karena aku yakin keasliannya. Setelah dia berlalu, aku teringat pesan Ria, “jangan percaya dengan siapapun di sekitar casino.”(Bersambung)
====================
SEGERA aku ketoko mas yang berada diantara casino dan hotel. “ Luarnya asli, tetapi mungkin ini hanya sepuhan. Lebih baik dipotong dulu gelangnya baru tahu asli atau abal-abal,” ujarnya.
Bedebah!. Setelah gelang dipotong di dalamnya hanya berisi kawat hitam. Uang hantu dimakan jin lagi. Ini pertanda sial, aku akan segera mengakhiri petualangan tak sengaja ini. Pengganti deposito, aku membelanjakan uang kemenanganku dengan membeli kalung dan cincin bermata blue safir. Aku juga memilih seuntai kalung bermata berlian,mungil. Ingin aku menghadiahkan kepada Magdalena kelak, bila aku kembali ke Medan.

Meski aku telah membelanjakan uang untuk sejumlah perhiasan asli berikut dengan gelang palsu, masih ada sisa untuk dimainkan meski dengan taruhan kecil. Kali terakhir, aku mencoba keberuntungan dengan bermain bacarat. Uang sisa yang aku siapkan untuk modal main semakin menipis, aku segera tinggalkan meja. Terakhir aku mencoba keberuntungan lewat permainan rolet dengan menaruh seluruh sisa chips yang ada ditanganku pada nomor sesuai dengan tanggal kelahiranku, hasilnya jeblok. Sebelumnya, aku memasang tanggal lahir Magda dan Susan, keduanya lucky.
***
Ketika keluar ruangan, aku berpapasan dengan adikku dan Rina. Wajah keduanya tampak marah. “ Mas, kalau tidak pulang beritahu dong. Kemarin kita seharian nyariin kamu,” ujar Rina kesal. Adikku hanya menatapku dengan mata tajam. Meski Rani marah, dia masih menyempatkan mencubit lambungku. “ Mas nakal.” ujarnya sambil mengajakku keluar ruangan casino. Aku menyadari kesalahanku, karena tidak menelephon mereka seharian.

Rina menyetir mobil, dia mengajakku duduk di depan bersamanya. Rina kembali mengoceh dalam mobil, juga adikku. Aku diam, menerima omelan mereka.
“ Mas sudah makan?” tanya Rina diakhir omelannya. Aku diam tak menjawab.
“ Mas, ngambek iya.?”

Aku diam bukan karena omelannya, ingat Magdalena yang selalu mengomeliku kalau aku berbuat salah. Agaknya Rina dan Magda kembaran soal yang satu ini.
“ Abang jawab dong. Ditanyain malah diam.?” ketus adikku.
“ Belum!. Aku belum makan siang.’
“ Mas sukanya makan apa.?”
“ Arsik,” jawabku spontan menghilangkan rasa kaku.
“ Arsik ? Apa itu ,?” tanya Rina keheranan.

“ Tempatnya terlalu jauh bang, di daerah ini nggak ada arsik,” jawab adikku sembari menjelaskan kepada Rina jenis makanan arsik. Rina tertawa cekikan mendengar penjelasan adikku. “ Kalau mas sudah kangen, nggak apa-apa aku antar, pingin tahu juga macam apa jenis makanannya,” ujarnya seraya memutar arah perjalanan kami ke tempat yang disebut adikku.
***
“ Rina! Berhenti....kita ke bank itu dulu.... Kemarin aku deposit uang disana,” teriakku ketika melihat bank yang aku yakin dibank itulah aku dan Ria mendepositkan uang hasil kemenanganku.
” Kapan ? Abang ngingau, bagaimana abang tahu daerah ini,” tanya adikku heran.
Aku segera melompat dari mobil tanpa mengindahkan pertanyaan adikku. Aku segera menemui perempuan pegawai bank , sehari sebelumnya dia mencatatkan depositoku. Namun, perempuan itu menolak menyerahkan uang simpananku.
“ Anda tidak dapat mengambil sendirian, harus bersama Ria. Dalam dokumen, kami tidak menemukan identitas lengkap anda, “ jelas perempuan petugas bank. Aku meninggalkan bank dengan rasa kesal, setelah manager bank menjelaskan prosedur penarikan uang simpanan. Rina dan adikku terus menanyakan selama perjalanan menuju rumah makan.
“ Siapa Ria itu mas, bekas pacar,?” tanya Rina. (Bersambung)

Los Angeles. April 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/