Saturday, April 11, 2009

Telaga Senja (8)






http://www.youtube.com/watch?v=oCFY5IuQ-MQ

============

Aku meninggalkan bank dengan rasa kesal, setelah manager bank menjelaskan prosedur penarikan uang simpanan. Rina dan adikku terus menanyakan selama perjalanan menuju rumah makan. =================

“ Siapa Ria itu mas, bekas pacar,?” tanya Rina.
“ Nggak. Kami ketemu dan kenalan di casino."
“ Berapa jumlah uang yang didepositkan,” tanya adikku Lam Hot.
Rina dan Lam Hot terperanjat mendengar jumlah uang yang di depositokan.
“Abang bego benar! Abang percaya dengan seorang perempuan yang baru kenal hanya beberapa jam, di casino lagi. Katanya abang sarjana, bodohnya nggak ketolongan, huh!” kesal adikku Lam Hot .
“ Seandainya uang itu mas titipin ke aku, aku akan ajak mas membeli rumah perumnas. Jumlahnya lebih dari cukup untuk down payment,” tambah Rina.

“ Sudahlah, anggap saja itu uang setan ditelan kuntil anak. Aku juga memperolehnya secara kebetulan. Kalau saja Rina tidak meninggalkanku kemarin, tidak mungkin aku main judi. Tempatnya saja aku tahu secara kebetulan.”

“ Bagaimana mas bisa dekat dengan Ria.?”
“ Aku dan Ria duduk bersebelahan ketika sedang main bacarat. Ria merasa iba melihatku ketika uangku hampir ludes; Dia mengingatkanku, supaya menguasai diri. Tadinya aku yakin dia perempuan baik-baik, ternyata ada dusta dibalik kelopak matanya.“

“ Namanya penipu bang, harus berlaku seperti orang baik-baik dan santun,” ketus adikku.
“ Iya,entah kenapa aku seperti kena hypnotis, aku mau saja apa yang dia usulkan, hingga kami pergi ke bank. Aku sudah berusaha menghubunginya, ternyata nomor telephon yang diberikannya milik orang lain .”
“ Mas, boleh aku lihat nomor telephonnya,?” tanya Rina.
“ Ini daerah Kebayoran,” ujar Rina setelah melihat nomor telephonnya.

***
Rina dan adikku bergantian menghubungi nomor telephon yang diberikan Ria; Jawabannya selalu sama, tidak ada perempuan bernama Ria.

“Lupakanlah itu,” ujarku setelah mendengar omelan adikku dan Rina bertalu-talu. Rina menghantarkan adikku kembali kekantornya dibilangan Jl. Thamrin.
“ Mas mau aku antar ke Ancol lagi melihat lukisan?” tanya Rina.

“ Boleh! Boleh..ayo sekarang,” kataku benafsu. “ Nanti, Rina tingalkan aku lagi, biar aku main judi mudah-mudahan menang,” ujarku tertawa.
“ Mas, main judi aku tinggal.”
“ Rina , maaf kejadian tadi malam, aku sampai kehilangan kontrol. Aku tidak tahu apa yang terjadi kalau aku tidak ketemu Sonya.”

“ Aku juga merasa bersalah, setelah kita berpisah di art galery kemarin. Papi dan mami ngomelin aku terus semalaman karena mas nggak pulang-pulang. Kami kira mas diculik, eh..tahunya bersama Ria. Cantik nggak sih orangnya? Mas langsung kepicut iya.?”

“ Lebih cantik kamu . "
“ Hmm..mulut lelaki,” ujarnya lirih, menatapku.
“ Kenapa dengan mulut lelaki Rin.?”
“ Bias dan berbisa mas!”

“ Apa bedanya dengan mulut perempuan !?.Kemarin aku kena bisa dan terbius oleh perempuan.”
“ Lho, beda dong, dia kan perempuan casino, penjudi.! Sudah ah...mas ke art galey, aku mau lihat kembang,” ujarnya.

“ Rina, kamu malu jalan bersama aku iya. Kenapa nggak mau jalan bareng,?”
“ Aku nggak suka melihat lukisan, abstrak lagi, “ujarnya.
“ Iya, sudah, kita nggak usah kesana, aku temani Rina lihat kembang. Aku juga suka kembang.”
“ Iyalah, aku temani mas ke art galery, setelah itu kita lihat-lihat kembangnya,”ujar Rina mengalah.

Aku melihat Rina mulai bosan, setelah hampir satu jam menikmati sejumlah lukisan didalam galery itu. Rina kaget ketika aku menggeggam tangannya, mengajak keluar ruangan, dia agak meronta.

“ Rina malu jalan bareng denganku!?”
“ Nggak, aku nggak malu. Aku takut dilihat sama Ria,” ucapnya membiarkan tangannya dalam gemgamanku.
“ Ria si kuntil anak itu? Jangan sebut-sebut nama itu lagi.”
“ Kita ke sana mas,”ujarnya seraya menarik lenganku.(Bersambung)
Los Angeles. April 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment