Saturday, October 31, 2009

Telaga Senja (152)



http://www.youtube.com/watch?v=Q5HGeB4gs_8

When You Kiss Me
This could be it, I think I'm in love/It's love this time./It just seems to fit, I think I'm in love/This love is mine

I can see you with me when I'm older/All my lonely night are finally over/You took the weight of the world off my shoulders (the world just goes away)

[Chorus:]
Oh, when you kiss me/I know you miss me/and when you're with me/The world just goes away/The way you hold me/The way you show me that you/adore me oh, when you kiss me/Oh, yeah

You are the one, I think I'm in love/Life has begun/I can see the two of us together/ I know I'm gonna be with you forever/Love couldn't be any better

[Repeat Chorus]
[Instrumental Solo]
I can see you with me when I'm older/All my lonely nights are finally over/You took the weight of the world off my shoulders (the world just goes away)
[Repeat Chorus]
And when you kiss me/I know you miss me/Oh, the world just goes away/When you kiss me

=======================
Abang nggak mau tinggal di rumah mami?”
“ Emang aku lelaki murahan. Belum jadi sudah tinggal dirumah mertua?” balasku disambut pelukan Magda.
“ Tetapi kalau sudah nikah, mau kan tinggal di rumah mami?”
“ Lihat nantilah.”

=======================

MALAM indah dilabur kata-kata kasih terukir, terekam abadi dalam sukma. Sesekali Magda berurai airmata bahagia kala cinta tercurah menyongsong hari bahagia di ujung harap, pernikahan. “ Akhirnya kita bersatu jua iya bang,?” suaranya pelan.”
“ Kenapa Magda tidak berkata pasti?
“ Mestinya aku bilang apa bang!?”
“ Nyatakan dengan pasti, tanpa nada tanya.”
“ Ya. Akhirnya abang kembali setelah terkapar. Sudah puas!?” tawanya.

“ Jangan nakal lagi ‘yang”
“ Aku nggak pernah nakal. Abang iya. Kapan aku nakal? Aku masih bersabar meski abang telah menyiksaku. Aku harap hal itu tidak akan terulang lagi. Abang masih dengar aku?” tanyanya kala otakku sesaat mengenang isi dalam surat balasannya ketika aku” menceraikannya”.
“ Iya Magda. Aku sangat menyesal. Tetapi semuanya karena aku tak ingin cinta dinodai kepalsuan. Hhh...tetapi akhirnya aku telah menyadari kekeliruanku.”

“ Zung, kalau bahu dan pangkal lengan abang sudah pulih, kita menghadap boss ku. Abang kerja di kantor aku bekerja iya bang?"
“ Aku sudah janji ke ibu Susan mau jadi asistennya.”
Magda diam, menatapku. Kelopak matanya masih dilabur manik-manik sukacita. Aku mencoba menerka, apa yang tersirat dalam hatinya, kenapa dia diam ketika aku menyebut nama Susan.
“ Kamu nggak rela jika aku menjadi asistennya Susan? Kamu merasa kuatir atau cemburu?”
“ Kedua-duanya Zung. Lebih baik menghindar daripada nanti menjadi masalah. Aku cukup dekat dengan ibu itu. Aku tahu dia juga masih menyimpan benih cinta yang pernah abang taburkan.”
“ Tetapi itu cerita lama, dulu. Kami sudah saling memahami keberadaan dan kekeliruan yang kami lakukan, meski belum pernah melakukan pada tingkat perzinahan.”

“ Zung, apa sih bedanya aku dengan Susan soal cinta? Benih cinta yang abang tabur tidak pernah lapuk meski sangat menyakitkan? Kurang apa kejamnya abang, dulu, terhadapku? Tetapi akhirnya aku luluh juga. Ternyata disana masih ada sisa cinta yang tertabur dan bersemi seiring waktu berjalan. Zung, kalau boleh permintaaanku, calon isterimu, tidak usah ikut berenang pada telaga yang sudah tahu ada pusaran . Tokh abang telah mengakui sisi kelemahanmu. Aku yakin abang akan terseret oleh putaran air sekaligus menenggelamkan ikatan pernikahan kita, kelak.”
“ Nggak usah kuatir, aku akan berenang di pinggiran, nggak bakal keseret putaran air itu.”
Zungngng...aku serius! Abang nggak mau dengar omonganku?”
Duh..galaknya. Calon isteri saja sudah begini. Bagaimana kalau sudah nikah!?”
“ Abang baru tahu sekarang hahhh...!?” hentaknya berpura-pura galak.

“ Kenapa Magda berpikran sejauh itu?”
“ Aku tahu pasti bang! Susan masih menyimpan dan merawat cintamu dalam kesehariannya. Apalagi bang, kala dia ribut dengan suaminya. Malamnya, Susan menjemput kemudian mengajakku ke bar melampiaskan rindunya terhadap abang. Tak jarang dia menitikkan airmata mengenang hubungan kalian berdua. Suatu saat kala kami duduk di teras hingga larut malam, tempat kita merajut kasih selama lima tahun, berujar: “ Abang terlalu baik dan tangguh.”

“ Oh...iya sekarang aku baru sadar. Kamu curigai aku dan Susan mengulang affair itu, ketika dia datang ke Jakara dua minggu lalu.?”
“ Ya. Selain pengakuan abang, Laura juga telepon aku, bahwa abang menginap di hotel dengan Susan. Wajar kan bila aku marah?”
“ Ya. Kalau memang tuduhan itu benar. Tetapi bila tidak, kamu wajar minta maaf. Namun, sampai sekarang, belum ada permintaan maaf dari mulutmu. Kecuali marah-marah.”
“ Kok jadi dibalik-balik gitu bang!? Yang selalu marah siapa, aku atau abang!? tanyanya lantas tanganya menjewer kupingku.

“ Magda, Susan juga pernah menyampaikan langsung bahwa aku tangguh. Memang untuk yang satu itu, aku maha tangguh, meski puluhan kali hampir tergelincir oleh godaan nafsu kepuasaan sesaat. Tetapi untuk hal lainnya aku sangat rapuh, bahkan aku tidak sakit hati jika kamu menudingku “ pelacur”. Seperti aku katakan terdahulu, Magda terlalu memanjakan ku. Selepas darimu, aku mengembara, menjajakan cinta hingga kesudut-sudut bumi. Semua aku dapatkan kecuali ketulusan cinta. Maksudku, mereka “berguguran” dipangkuanku karena lidah dan keberadaanku yang sudah tertempa olehmu.

Jujur ‘yang, amat berbeda saat aku bersenandung tentang cinta dengan dirimu. Magda menerima sekaligus memberiku persinggahan kala aku belum mengenal lebih jauh liku-liku cinta. Benar, aku pernah jatuh cinta pada Bunga, maaf ‘yang karena aku menyebut namanya, namun aku baru mengenal cinta sisi luarnya karena, manakala bunga-bunga sedang mekar segera layu di tangan ibunya yang materialistis itu.”
***
"Zung. Aku nggak usah ikut besok malam menghadiri undangan om Felix dan Adrian itu. Aku nggak enak. Soalnya mereka sudah tahu bahwa abang pernah punya hubungan spesial dengan Laura!"
" Justru disinilah aku memerlukan kehadiranmu. Agar mereka tahu, bahwa aku adalah manusia pengembara yang sudah bertobat."
" Apa perlunya aku disana? Lam Hot juga nggak mau pergi kok!"
" Lam Hot adikku. Magda calon isteriku. Kamu malu mendampingi karena tubuhku masih "berantakan" seperti ini?" (Bersambung)

Los Angeles. October 2009


Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/