Tuesday, October 13, 2009

Telaga Senja (141)


I LOVE YOU - Celine Dion
I must be crazy now/Maybe I dream too much/But when I think of you/I long to feel your touch /To whisper in your ear/Words that are old as time/Words only you would hear/If only you were mine

I wish I could go back to the very first day I saw you/Shouldve made my move when/you looked in my eyes/Cause by now I know that you'd feel the way that I do/And I'd whisper these words as you'd lie here by my side

I love you, please say/You love me too, these three words/They could change our lives forever/And I promise you that we will always be together/Till the end of time
So today, I finally find the courage deep inside/Just to walk right up to your door /But my body can't move when I finally get to it/Just like a thousand times before

Then without a word he handed me this letter/Read I hope this finds the way into your heart, it said
I love you, please say/You love me too, these three words/They could change our lives forever/And I promise you that we will always be together/Till the end of time

Well maybe i, I need a little love yeah/And maybe i, I need a little care/And maybe i, maybe you, maybe you, maybe you/Oh you need somebody just to hold you/If you do, just reach out and I'll be there

I love you, please say/You love me too/Please say you love me too/Till the end of time/These three words/They could change our lives forever/And I promise you that we will always be together

Oh, I love you/Please say you love me too/Please please/Say you love me too/Till the end of time/My baby/Together, together, forever/Till the end of time/I love you/I will be your light/Shining bright/Shining through your eyes/My baby

======================
” Bang....jangan ucapkan itu lagi. Aku masih Magda yang abang kenal lima tahun lalu. Aku tidak pernah berubah. Aku sudah siap menerima dengan segala keberadaanmu. Abang masih percaya kepadaku kan ?Till the end of time, together, forever I love you !”
=====================

UNGKAPAN perasaan tulus dari Magda menyemangati jiwa yang terlindas karena keangkuhan dalam pengembaraan. Magda datang menggapai tanganku serta menuntunku dari lembah kehancuran jiwa dan raga. Tabir kesombongan dan kepurapuraan itu telah berakhir, ketika ajal hampir menjemputku.

“ Zung, serius mau menikahiku? Kok nggak pernah ngomong ke aku?”
“ Ya. Beberapa menit sebelum kecelakaan, aku sudah sampaikan kepada Laura.”
“ Abang mau menikah dengan siapa sih? Dengan aku atau dengan Laura.?”
“ Dengan Magdalena Elisabeth perempuan batak yang tinggal di Medan Baru?”

“ Aneh! Apa hubungannya rencana pernikahan kita dengan Laura? “
“ Aku menyampaikan ke pada Laura, karena ada rencana mau keluar dari kantor. Kembali ke Medan dan menikahimu.”
Oalah ..bang. Buat aku degdegan. Kapan abang sampaikan itu kepada Laura.?”
“ Tidak berapa lama sebelum kecelakaan.?”
“ Abang dan Laura nggak ngantor?”

“ Oh..iya aku tidak masuk kantor. Aku sakit sepulang tugas dari Bandung. Waktu jam istirahat Laura membeli makanan untukku. Aku menyampakian rencana itu ketika kami sedang makan siang. Baru saja dia meninggalkan rumah, Laura mengalami kecelakaan. Aku berlari mau menolongnya, naas, dalam waktu bersamaan bajaj melaju kencang dan menabrakku hingga terlempar.”

“Jadi kalian bukan naik motor bareng? Aku kira abang dan Laura mengalami kecelakaan dalam waktu bersamaan. Maaf bang, aku salah mengerti. Abang tadi langsung marah ketika aku tanyakan. Bukannya diterangkan baik-baik.”
“ Itu makanya tadi aku langsung sesak. Magda menuduhku sebelum mendengar penjelasanku. Sudahlah, lupakan itu, entar kita ribut lagi."

“ Zung, Menurut dokter, kapan abang pulang?"
“ Aku belum tanyakan. Jika hidung dan bibir sudah sembuh aku minta pulang.”
“ Bagaimana dengan pangkal lengannya?”
“ Lebih baik perawatan alternatif, dukun patah.”
“ Aku akan tungguin abang sampai sembuh. Setelah sembuh, kita kembali ke Medan iya bang.!” bujuknya sembari mengelus kepalaku. “ Nanti berobat ke pak Ginting. Aku akan merawat abang sampai sembuh, lalu kita akan....”
“ Menikah?” sergahku
“ Jangan dululah bang. Kita akan berlibur ke Parapat atau ke Bali. Terserah abang. Setelah itu..'

“ Baru menikah?”
“ Belum! Abang nafsu amat sih? Ngomong dulu kepada mami dan Jonathan.”
“ Kalau mereka nggak setuju?”
“ Kita kabur bang,” ujarnya cekikan. Tetapi aku yakin bang, lanjutnya, Jonathan pasti nggak ada masalah. Mungkin mami keberatan, karena kita masih punya hubungan darah dari pihak mami.”
“ Bagaimana bisa kabur, aku buta?”
“ Zung, kerjain aku iya! Tadi perawatnya beritahu aku, matanya akan pulih seperti semula.”
“ Kok bisa dia cerita kepada Magda?”
“ Tadi perawatnya mengingatkanku agar aku tidak melayani abang ribut; “pasien itu cengeng, nggak boleh “diasapin" kata perawatnya. Magda ketawa renyah.
“ Iya. Tadi asapnya terlalu ngebul, akhirnya aku sesak.”
Halah.... Sakit nggak sakit tetap saja menjeng, maunya dibujuk dan dielus terus.”

“ Aku kan menjeng hanya kepada Magda. Menjeng pada orang lain bisa diludahin."
" Hhmm.. diludahin iya bang!? Bagaimana dengan Bunga, Mega, Ira, Susan, Maya dan Laura ..?"
" Heh..stop--stop...! Apa-apa nih. Magda cari perkara lagi iya? Beraninya sama orang buta!" Tawanya menggelegar ketika melihatku "menggelepar" setelah menyebut nama perempuan yang pernah singgah dan bertumbuh dalam kalbu.
" Bang, jangan serius seperti itu, jelek! Aku hanya mengingatkan memori abang agar lebih semangat.! ujarnya masih ketawa.
" Semangat? Ketika tubuhku remuk?"
" Nggak ah! Abang masih seperti dulu kok, kecuali bibirnya masih mencong!" ujarnya geli.
" Tetapi Magda masih sayang kan?"
" Asal hatinya jangan mencong lagi bang!"

" Pasti sudah ngak, janji. Magda tidak meragukan aku lagi kan?”
“ Apalagi nih bang,” ujarnya wanti-wanti.
“ Kalau masih mempercayaku, Magda pulang duluan. Aku menyusul.”
“ Nggak. Abang harus pulang bareng dengan aku .”
“ Magda, aku nggak tega meninggalkan Laura sendirian. Orangtuanya jauh di Yogya.”
“ Tadi mereka sudah datang kok. Aku tahu dari Lam Hot. Lam Hot dan Rima gantian nungguin Laura setelah mengantar mamatua pulang.”

“ Magda, selama ini Laura banyak membantuku.”
“ Zung, aku dan mamatua datang mau menjemput abang!”
“ Baiklah. Tetapi kita tungguin dulu dia pulang kerumahnya sebelum kita pulang. Magda masih punya waktu?”
“ Masih. Kalau kurang, nanti aku telepon ke kepala bagian.”
" Bagaimana dengan Rina? Kapan dia melahirkan?"
" Aku sudah titip ke mami. Menurut dokter, mungkin waktunya bulan depan, minggu pertama."
" Kapan pernikhan Maya?"
" Hehh..! Pikirin kesehatan abang saja dulu. Kok pikirannya ngawur kemana-mana," hentaknya.
" Kamu cemburu iya?"
" Ya!" jawabnya singkat sambil mencubit pipiku, geram. ( Bersambung)

Los Angeles. October 2009


Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/