Tuesday, July 7, 2009

Telaga Senja (72)


You can tell the world you never was my girl/You can burn my clothes when I’m gone/Or you can tell your friends just what a fool I’ve been/And laugh and joke about me on the phone

You can tell my arms to go back to the farm/You can tell my feet to hit the floor/Or you can tell my lips to tell my fingertips/They won’t be reaching out for you no more

But don’t tell my heart, my achy breaky heart/I just don’t think he’d understand/And if you tell my heart, my achy breaky heart/He might blow up and kill this man Ooo

You can tell your ma I moved to Arkansas/Or you can tell your dog to bite my leg/Or tell your brother Cliff who’s fist can tell my lips/He never really liked me anyway

Oh tell your Aunt Louise, tell anything you please/Myself already knows that I’m okay/Oh you can tell my eyes to watch out for my mind/It might be walking out on me today

But don’t tell my heart, my achy breaky heart/I just don’t think he’d understand/And if you tell my heart, my achy breaky heart/He might blow up and kill this man Ooo

But don’t tell my heart, my achy breaky heart/I just don’t think he’d understand/And if you tell my heart, my achy breaky heart/He might blow up and kill this man/Ooo

Don’t tell my heart, my achy breaky heart/He might blow up and kill this man/Ooo
Don’t tell my heart, my achy breaky heart/He might blow up and kill this man Ooo

================
Laura minta tolong kepada Lam Hot dan Rima mencari minuman, ketika Laura mendegar rintihanku, "aku haus".
“Hot tolong belikan air minum untuk mas Tan Zung,” pintanya.
=================
Sebelum kami meninggalkan area Borobudur, iseng, aku menanyakan stupa “ajaib” itu. “ Aku mau mencoba meraih patung yang ada didalamnya,” ujarku. “ Mas masih tahan jalan? Niatin apa sih mas?” tanya Laura agak heran.
Ntar abang mau uji rejeki lagi ke casino. Soalnya, waktu lalu, uang abang dilarikan oleh Ria, patnernya main judi,” celutuknya, meraba keinginanku. Tebakan Lam Hot tepat, memang niatan dalam hati, siapa tahu uangku yang dibawa kabur oleh Rina dapat kembali lagi. Aku hanya tersenyum mendengar celutukan Lam Hot.

Cammananya abang, kayak pelbegu ( penyembah berhala, pen) saja, bilangnya orang beriman. Nggak usah kak, kita langsung pulang saja,” ujarnya serius. “ Dulu mau pindahan gunung, sekarang mau pindahan patung, “ sungutnya.
“ Bagaimana mas, kita pulang saja, lain kali kita kesini lagi,” bujuk Laura.
“ Ya, aku hanya bergurau kok. Laura maaf, aku telah merepotkanmu sejak dalam kereta hingga sekarang.”
“ Kenapa harus minta maaf ? Nggak apa-apa kok mas,” balasnya.
***
Ketika pulang dari Borobudur, didalam mobil, Laura mengangkat pergelangan kakiku yang sakit keatas kedua pahanya, meski aku berusaha menolak.
“ Masya iya sih segede ini masih malu?” godanya ketika aku akan menurunkan kakiku dari atas pangkuannya. Rasa sakit sedikit terlupakan dengan pembicaraan ramai kami berempat. Ditengah pembicaraan Laura kembali mengutarakan keinginannya berlibur ke Medan.
“ Bagaimana mas akhir tahun ini, Laura boleh ikut berlibur ke Medan?” tanyanya serius.

“ Emang papi mengijinkanmu pergi sendirian,?"
“ Nanti aku bilangin, tetapi sehari sebelum natal aku harus pulang,”
“ Aku mau ikut juga kak, sekalian mau ketemu mbak Rina,” celutuk Rima semangat.
Kami mengantarkan Lam Hot ke hotel setelah mengantar Rima ke rumah kakeknya. “ Mas istrahat dirumahku saja, Ntar di hotel nggak ada yang bantuin,” ujar Laura.
“ Lam Hot bisa bantuin kok,” jawabku menolak secara halus.
“ Lho, ntar malam aku mau jalan dengan Rima,” sahut Lam Hot.
“ Laura nggak usah khawatir, aku bisa urus diri sendiri," kataku meyakinkannya.
“ Mas, kenapa sih selalu menolak kalau Laura ajak? Besok aku ajak makan siang dirumah, juga mas menolak, kenapa? Mas, aku salah apa?” tanyanya memelas sambil meletakkan kedua tangannya keatas kakiku yang masih diatas pangkuannya.

“ Nggak ada yang salah, aku merasa sungkan Laura, hal seperti itu sangat tabu dalam budaya kami. Aku termasuk pemuda kolot, masih terikat dengan tatanan budaya,” dalihku dengan suara pelan, takut kedengaran Lam Hot.
“ Kemarin kami ngobrol lama dengan Lam Hot di lobby, katanya, nggak apa-apa kalau makan bareng dirumah dengan teman perempuan atau pria. Mas, masih kakak adik kandung dengan Lam Hot kan?” sindirnya dengan senyum.

“ Ya. Tetapi, kemarin malam aku sudah makan bareng dengan papi dan mami!?”
“ Itu direstauran mas. Aku ngajak makan di rumah. Atau temanin aku besok sore, Laura nggak punya teman, besok papi dan mami berpergian kerumah tante di Solo. Sebenarnya aku diajak, tetapi lagi malas.”
“ Lagi malas atau pingin berduaan,?” tanyaku iseng.
“ Iya mas,” balasnya ketawa.
***
Mathias manager hotel kaget melihat Laura memapahku turun dari mobil menuju lobby.
“ Kenapa kakinya mas? Mas jatuh? ” tanyanya dengan wajah prihatin. Lam Hot menjelaskan sebelum aku menjawab. Mathias menyuruh karyawan hotel menyediakan minuman ringan untukku, Laura dan Lam Hot. Ditengah pembicaraan, Laura masih mengingatkan untuk menemaninya besok sore dirumah. “Aku jemput atau Mathias antar mas kerumah,” tanyanya.
"Terserah Laura," jawabku singkat.

Wajahnya berubah ketika aku mengajak Lam Hot menolongku masuk kekamar, tampak dia kecewa. Lam Hot ternyata dapat membaca situasi, segera dia keluarkan jurus bangornya. “ Kak, aku tahu abang ini sejak kami kanak-kanak. Kalau ada maunya berputar-putar. Maunya ini tapi nunjuk yang itu. Sebenarnya, abang mau kakak yang menolongnya masuk kekamar. Cuma, iya itu tadi, selalu jalan mutar, pura-pura malu....”

Aku segera bangkit dari tempat duduk sembari menarik tangan Laura, sebelum Lam Hot meneruskan ocehannya. " Ayolah Laura bantu aku jalan masuk ke kamar."
Segera dia berdiri menyambut uluran tanganku; dia memapahku menapak jalan ke kamar meninggalkan Lam Hot duduk sendirian di lobby.

" Laura, aku bukan mengabaikan kebaikanmu. Aku tak ingin merepotkan siapapun, maaf, kalau sikapku tadi menyinggung perasaanmu," ujarku sembari mengikuti langkahnya.
" Mas menganggap merepotkanku.?"
" Iya. Smestinya kita menikmati liburan ini tanpa beban."
" Aku tidak merasa berbeban mas. Aku menikmatinya kok."
" Aku telah mengganggu kenyamananmu sejak di dalam kereta hinga malam ini," ujarku.
Laura terus memapahku hingga keatas tempat tidur. " Mas mau dibantu ke kamar mandi?" tanyanya saat melepasdkan tangannya dari tubuhku. ( Bersambung)

Los Angeles, July 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/