Tuesday, November 10, 2009

Telaga Senja (159)

http://www.youtube.com/watch?v=Y8JI_wlNEck

Celine Dion: When I Need You
When I need you /Just close my eyes and I'm with you /And all that I so want to give you /Its only a heart beat away

When I need love /I hold out my hands and I touch love /I never knew there was so much love /Keeping me warm night and day

Miles and miles of empty space in /between us /A telephone can't take the place of your smile /But you know I won't be traveling forever / Its cold out, but hold out and do like I do

When I need you /Just close my eyes and I'm with you /And all that I so want to give you babe /Its only a heartbeat away

It's not easy when the road is your driver /Honey, that's a heavy load that we bear /But you know I wont be traveling a lifetime /It's cold out but hold out and do like I do Oh I need you

When I need you /I hold out my hands and I touch love /I never knew there was so much love /Keeping me warm night and day

When I need you /Just close my eyes and I'm with you /And all that I so want to give you /Its only a heart beat away
=======================
Aku tahu papa curiga,” jawabnya sambil menaruh kepalanya di bahu, sisi wajahku. Aku dilatih sahabat kita hanya untuk melayani dirimu pap.”
“ Mama sering ke klub malam?” desakku. Magda tidak menjawab pertanyaanku.
“ Papa puaskan hatimu malam ini. Aku juga sudah kangen pap,” desah bisiknya persis ke telingaku. “ Pap, langkahnya jangan terlalu cepat,” tegurnya
.
=======================
Masih dalam dekapan mesra, Magda curhat ; “ Pap, enam bulan aku dalam penantian sepi.”
“ Magda tidak pernah mengutarakan itu dalam telepon.”
“ Setiap aku mau katakan itu, papa dalam keadaan mabuk dan marah-marah. Pap, aku malu ke Rina. Dia selalu menasehatiku jika lagi kesal kepada papa. Suratku juga nggak pernah dibalas.Kenapa pap? Waktu papa habis untuk Laura?”
“ Magda, jangan lagi sebut nama itu. Anggap saja itu masa laluku.”
“ Pap, jangan marah. Mama hanya bertanya. Kenapa papa nggak balas surat mama?”
“ Magda, lupakan lah itu. Nanti malam, akan kutulis balasannya sepuluh lembar.”
“ Untuk apa? Mama sudah ketemu orangnya kok!” balasnya lembut sambil mencium pipiku.
" Rindumu telah terobat?"
" Ya, sudah pap"

Kami kembali ke tempat duduk setelah musik beralih ke jenis hingar bingar, rock ‘n roll. Magda, kembali mengajakkku dance setelah musik rock ‘ n roll beralih ke tembang lembut. Tampaknya malam itu, Magda “all out”. Dia terus mendekapku, sesekali suaranya lirih mengikuti lagu berlirik cinta.

“ Tadi Magda belum menjawab pertanyaaku. Magda belajar melantai dari siapa?” tanyaku. Magda mencium pipiku sebelum menjawab.
“ Penasaran iya pap? Mantan pacar papa. Ibu Susan yang mengajari mama. Waktu itu Susan ngomel karena mama nggak mau. Aku dibilang perempuan kampungan. Tadinya aku nggak peduli.”
“ Kenapa akhirnya Magda mau?”

Magda menuturkan nasihat Susan : “ Menurut ibu itu, isteri atau pacar harus dapat mengimbangi keinginan pasangannya, jika tidak mau pasangan kita “ jajan” diluar dengan perempuan lain. Lalu dia bilang lagi, Tan Zung suka berkunjung ke bar berlayar dengan khayalnya diantara puluhan perempuan penyaji nikmat. Perempuan-perempuan itu akan dengan mudah menumpang pada biduk sepi itu. Menurut Susan, tadinya dia pun nggak suka ke bar. Tetapi karena suami dan teman sekantorya kerap ke bar, dia harus mengimbanginya. Juga, ibu itu kursus main golf karena suaminya gemar main golf.”

“ Memang bar dan golf rawan godaan oleh tulang-tulang rusuk berserakan. Papa gemar olahraga bela diri, mama sudah kursus bela diri,?”
“ Kan disana ngga ada tulang berserakan. Yang ada, darah dan keringat berserakan serta kertak gigi,” tawanya.
“ Memang Susan pantas jadi sahabat, selain sebagai seorang dosen. Kecuali soal cintanya yang tak kesampaian,” gurauku.

“ Ya pap. Tetapi aku cukup mengerti, setelah lama bergaul dengan dia. Entah kenapa Susan percaya sekali dengan mama. Aku dan dia sering curhat. Tetapi pap, pernah dia mengancamku. Kirain bercanda, ternyata serius. Sebulan setelah papa berangkat ke Jakarta, waktu itu kita ribut berat. Mama hampir putus asa. Apalagi setelah mendengar tuturan Rina. Papa sering main judi, main perempuan dan punya kenalan baru, Laura. Jujur pap, waktu itu aku mau bunuh diri. Mama malu terhadap diri sendiri, karena mengingkari “sumpah”ku sendiri yakni, tidak akan mau lagi berpacaran dengan siapapun.”

“ Kenapa dia mengancam. Apa hubungannya dengan kekesalan hatimu?”
“ Setelah aku bersikeras nggak mau mendengar nasihatnya, Susan mengancamku:” Kalau Magda, nggak mau memaafkan dan menerima kembali Tan Zung, aku akan bercerai dengan suamiku dan menikahi Tan Zung,” ancamnya. “ Pap, aku terhenyak mendengar ancaman itu. Dia serius. Mama menangis di pelukannya. Kemudian dia membujukku agar mau menerima papa kembali.”

“ Jadi mama mau kembali karena Susan, bukan karena kesadaran senidiri.”
Tiba-tiba Magda menghentikan ayunan langkahnya seraya mengangkat wajahnya dari bahuku. Kemuidan menatapku berucap: “ Ya. Karena mama mau mendengar nasihatnya dan masih mengasihi papa.”

“ Mama takut kalau papa akhirnya jatuh dalam pelukan Susan?”
“ Entahlah pap! Tetapi saat itu mama antara percaya dan tidak. Susan siap bercerai dengan suaminya karena cintanya terhadap papa.”
“ Magda menang selangkah,” gurauku disambut kecupannya.
" Papa juga." Sebelum kami kembali ketempat duduk, Magda mengusulkan untuk memberi kenangan khusus untuk Susan. “ Kalau papa setuju, kita berikan sesuatu untuk ibu itu saat pesta pernikahan.” ( Bersambung)

Los Angeles. November 2009


Tan Zung"
"Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/