Tuesday, June 30, 2009

Telaga Senja (67)

Align Right

http://www.youtube.com/watch?v=4nAL3krkCSE

No Mountains too high, for you to climb /All you have to do is have some climbing faith, oh yeah /No rivers too wide, for you to make it across /All you have to do is believe it when you pray

And then you will see, the morning will come /And everyday will be bright as the sun / All of your fears cast them on me /I just want you to see...

I'll be your cloud up in the sky /I'll be your shoulder when you cry /I'll hear your voices when you call me /I am your angel /And when all hope is gone, I'm here /No matter how far you are, I'm near /It makes no difference who you are /I am your angel /I'm your angel

I saw the teardrops, and I heard you cry /All you need is time, seek me and you/ shall find /You have everything and you're still lonely /It doesn't have to be this way, let me show you a better day

And then you will see, the morning will come /And all of your days will be bright as the sun /So all of your fears, just cast them on me /How can I make you see...

I'll be your cloud up in the sky /I'll be your shoulder when you cry /I'll hear your voices when you call me /I am your angel /And when all hope is gone, I'm here /No matter how far you are, I'm near /It makes no difference who you are /I am your angel /I'm your angel

And when it's time to face the storm /I'll be right by your side /Grace will keep up safe and warm And I know we will survive / And when it seems as if your end is drawing near /Don't you dare give up the fight / Just put your trust beyond the sky...

I'll be your cloud up in the sky /I'll be your shoulder when you cry /I'll hear your voices when you call me /I am your angel /And when all hope is gone, I'm here /No matter how far you are, I'm near /It makes no difference who you are /I am your angel /I'm your angel

I'll be your cloud up in the sky /I'll be your shoulder when you cry /I'll hear your voices when you call me /I am your angel /And when all hope is gone, I'm here /No matter how far you are, I'm near /It makes no difference who you are /I am your angel /I'm your angel

=================
" Zung, Susan titip salam,” ucap Magda mengawali pembicaraan kami.
“ Itukah kalimat yang paling pantas Magda sampaikan malam ini, setelah aku berjam-jam menunggumu.?
==================
SEJENAK Magda diam mendengar ungkapan kekecewaanku. Akupun menyesali ungkapan perasanku itu yang sebenarnya merupakan ekspresi rindu dendamku. Tiga jam menunggu serasa tiga hari dalam penantian.

“Zuuung, Susan yang pernah kau cintai, sepeninggalmu dia menjadi sahabat tempatku berbagi rasa. Aku hanya menyampaikan pesan sahabatku, sahabatmu juga.Kekecewaan apa yang abang pendam terhadapnya?”
“ Maaf Magda, aku tidak memendam apapun atasnya juga denganmu. Magda, aku hanya tak mampu menahan rindu dan Magda tidak memahaminya.”
“ Bang, aku mengerti, mami juga sudah cerita kalau abang berulangkali menghubugiku. Tetapi karena aku merasa Susan pernah bagian dari hidup abang, maka aku menyampaikan pesan itu. Yakinlah bang, nggak sedikitpun niatku menyinggung perasaanmu. Kini, Susan adalah sahabat baikku, seperti suratku terdahulu, cerita kalian berdua senantiasa menumbuhkan rasa rinduku untukmu. Bang, bayang wajahmu selalu muncul manakala aku bertemu dengan Susan, rindukupun terobat. Masihkah bang menyalahkan aku.?”

“ Sekali lagi, maafkan aku Magda. Aku juga tak ada niat menyinggung perasaanmu. Itu hanya ungkapan rindu yang sejak tadi aku menunggumu.
“ Dan menghadiahiku rasa “kesal” saat aku merayakan ulangtahunku,” jawabnya dengan tawa renyah.
“ Magda, aku kesal karena rindu memburuku.”
“ Abang masih merindukanku di kejauhan? Bukankah sosok lain ada mendampingimu, kini.?”
“ Magda, berucaplah dengan nada-nada rindu, bila hatimu masih menanggung rindu. Mengapa rasa curiga mengiringi kerinduanmu?”

“ Abang sepertinya semakin sensitif setelah seseorang mendampingimu.”
“ Belum ada seorang yang mampu menggantikannmu Magda.”
“ Bukankah Laura begitu baik dan setia mendampingi abang, hingga kini, abang telah mengenal kedua orangtuanya dan tahu kota kelahirannya.?”
“ Dia bukan pendampingku, dia sahabat dan teman sekantorku.”
“ Bang, bukankah aku juga , dulu, sahabat dan teman satu kelas disekolah yang sama, kemudian berlanjut....”
“ Magda! Hentikan kecurigaanmu. Hingga saat ini aku belum mampu mengulang kembali seperti apa yang kita lakukan masa lalu pada siapapun, kecuali kepada Susan, itupun hanya karena pelarian hati yang terluka.”

“ Ah..abang! Bukankah kala itu, dalam bilangan hari, abang mampu mengabaikan diriku kemudian membuat simpul baru manakala simpul cinta kita belum lama terciderai.?”
“ Karena aku sangat kecewa dan aku melampiaskannya dengan api yang masih membara.”
“ Bukankah kemungikinan itu akan terjadi lagi bang.!?”
“ Ya. Bila Magda masih menilai cintaku bagai onggokan sampah.”

“ Zung, malam ini saat merayakan ulangtahunku, sebelumnya dalam batinku mengharap, abang akan berbicara tentang masa lalu yang kita lalui bersama dengan Mawar dan teman-teman lainnya. Kala itu, kita duduk bersama ditaman kecil, dibelakang rumah, setelah pulang dari restauran kesukaanmu itu. Menjelang malam, abang diam-diam memetik setangkai bunga mawar yang tumbuh dipojok taman itu, kemudian meletakkan dipangkuanku. Semuanya teman kita yang melihatnya tertawa lucu, wajah abang memerah karena malu. Masih ingatkah abang? Saat itu wajahku marah terhadap teman-teman karena menertawaimu, akhirnya mereka diam. Semua teman kita menyaksikan, setangkai bunga mawar yang abang berikan aku gemgam dan aku masuk kekamar serta meletakannya diatas meja belajarku.

Tadipun, sejak dirumah Susan, pikiranku melekat dalam kenangan lama yang kita ukir bersama. Oh..iya..masih ingatkah abang, ketika kita duduk di sudut ruangan restauran, kali pertama abang mencium pipiku disaksikan sepasang mata pelayan restauran itu. Abang masih ingatkan? Seandainya, saat itu, aku melihat wajahku didepan cermin, pastilah wajahku memerah, sebab abang melakukannya secara tiba-tiba tanpa seijinku. Bang, ketika itu abang melihatku agak gemetar. Sungguh, itulah kali pertama seseorang yang aku cintai, memberiku ciuman, suatu kenangan indah yang akan kubawa hingga berkalang tanah."

Dan, itulah kali pertama abang menyatakan cintamu tanpa kata. Zung, ternyata anganku hanyalah sebatas angan, harapan tinggal harapan. Bang, aku takut abang semakin meradang, bolehkah aku membawa kenangan, milik kita dulu, dalam tidurku.?” tuturnya dengan suara tersendat.

Bagai sembilu menusuk kalbu saat Magda menuturkan runtut kenangan lama. Aku tak mengira, malam ini, dia mengharap aku ”bersenandung” tentang warna-warni cinta yang kami miliki, tempo dulu. Magda, kembali mengajukan pernyataan sekaligus pertanyaan karena aku belum menjawab pertanyaan sebelumnya.

“ Zung, mungkin tuturanku tidak lagi bagian dari kenanganmu, terhapus sudah setelah Laura kini mendampingimu, tapi bolehkah aku membawa kenangan, milik kita tempo dulu, dalam tidurku.?” tanya dia lagi masih dengan suara tersendat.

“ Ya! Magda, semuanya masih segar dalam benakku, kenangan itu bagian dari hidupku dan aku akan mebawanya hingga diujung kehidupan. Selama ini Magda tak pernah memberi kepastian, tetapi kini Magda menukil kenangan yang kita ukir bersama. Mengapa.?”

“ Mengapa? Bukankah aku selayaknya bertanya, ada apa denganmu bang? Meneleponku untuk mengucapkan selamat ulang tahunku tetapi teriring rasa kecewa. Kepastian apa lagi yang abang harap dari seorang perempuan sepertiku. Aku bukan lagi Magda yang pernah abang cintai, setelah kehadiran Laura bukan? Bukankah aku kini hanya sebagai pelengkap tumbal kerinduanmu.?”

“ Magda, mengapa bicara seperti itu? Tolonglah mengerti. Aku berulangkali mengatakan, aku masih tetap mengharapkan kehadiranmu bahkan telah berjanji kepada orangtuaku, mamatuamu, pilihanku hanyalah dirimu? Meski orangtuaku merasa berat karena hubungan kekerabatan kita, tetapi mereka telah menyetujuinya. Aku telah mempertaruhkan kedua orangtuaku, belum cukupkah? Aku harus bagaimana agar Magda mempercayaiku.?”

“ Bersikaplah jujur terhadap diri sendiri bang, bukan hanya mengatakannya.!”
“ Ya. Aku berlaku jujur dan telah mengatakan sejujurnya, tetapi Magda selalu mencurigaiku.”
“ Dulu ketika abang mencurigai hubunganku dengan Albert, abang mengatakan; "kejujuran tidak cukup dengan kata-kata.”
“ Magda jangan sebut-sebut lagi nama lelaki itu. Aku muak.!”

“ Mendegar nama tanpa sosok sajapun abang marah dan muak,? Lalu aku tak berhak mencurigai ketika sosok perempuan lain berada disisimu? Abang! Mestinya mengerti, kenapa aku cemburu. Bukankah itu tandanya aku masih menaruh harapan pada abang? Bukankah juga harapan itu yang selalu tunggu dariku, hingga kini,?” ( Bersambung)

Los Angeles, June 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/