Celine Dion I Surrender:
There's so much life I've left to live/And this fire is burning still/When I watch you look at me/I think I could find the will/To stand for every dream/And forsake this solid ground/And give up this fear within/Of what would happen if they ever knew/I'm in love with you
'Cause I'd surrender everything/To feel the chance to live again/I reach to you /I know you can feel it too/We'd make it through/A thousand dreams I still believe /I'd make you give them all to me/I'd hold you in my arms and never let go/I surrender
I know I can't survive/Another night away from you/You're the reason I go on/And now I need to live the truth/Right now, there's no better time/From this fear I will break free/And I'll live again with love/And no they can't take that away from me/And they will see...
I'd surrender everything/To feel the chance to live again/I reach to you/I know you can feel it too/We'd make it through/A thousand dreams I still believe/I'd make you give them all to me/I'd hold you in my arms and never let go/I surrender
Every night's getting longer/And this fire is getting stronger, baby/I'll swallow my pride and I'll be alive/Can't you hear my call/I surrender all
I'd surrender everything/To feel the chance to live again/I reach to you/I know you can feel it too/We'll make it through/A thousand dreams I still believe/I'll make you give them all to me/I'll hold you in my arms/and never let go/I surrender
Right here, right now/I give my life to live again/I'll break free, take me/My everything, I surrender all to you /Right now/I give my life to live again/I'll break free, take me/My everything, I surrender all to you
=======================
“ Bang...nggak aci pakai alasan. Harus mau,” tegasnya, mungkin setelah dilihatnya mulutku mau mengucapkan sesuatu.
“ Iyalah kak. Tadinya, kami mau menyambut tahun baru di rumah ini, berdua,” jawab Magda.
“ Masih ada hari lain dik,” balasnya.
“ Boleh Magda temanin aku bang,?”
“ Terserah Magda, kalau tega,” balasku. Aku tahu Susan hanya bergurau.
“ Ngomong yang jelas, Jangan bahasa bersayap,!” tawanya. “ Kakak cuma bercanda. Aku ngerti lah. Pembantu aku bawa, agar kalian bebas jungkir balik,” lanjutnya.
“ Iya lah kak. Kami mau jungkir balik di sungai. Disini lantainya terlalu keras,” balasku.
“ Eh...jangan ke sungai. Semalam hujan deras,” ingatnya.
“ Kakakmu Susan telah bercerita banyak tentang kalian. Aku tahu keluaga Magda tidak akan tinggal diam. Sedikit banyak tahulah abang tentang adat batak. Cepat atau lambat, posisi kalian akan mereka ketahui, sebab Mawar, Rina dan Jonathan tahu, kak Susan membawa kalian kabur. Besok lusa, hingga situasi agak reda, kalian akan abang pindahkan ke rumah sahabat dekatku di kantor. Kebetulan keluarga ini sedang liburan keluar negeri selama dua minggu. Rumah itu hanya ditinggali dua orang pembantu. Kalian boleh memakai mobilnya kemana pun mau pergi. Tetapi hati-hati jangan sampai ketahuan dengan keluarga Magda.”
“ Kita pulang mam?”
“ Nggak lama lagi kita akan ketemu dengan mereka, setelah orang tuaku akan menemui keluargamu.”
“ Kemarin malam papa bilang, itu mustahil. Karena adat tidak memungkinkannya.”
“ Aku akan coba. Bila hal itu gagal, kita pindah ke Jakarta. Mungkin pikiran mereka berobah setelah kita punya anak.”
“ Bagaimana dengan pekerjaanku pap.?”
“ Kita didkusikan dengan Susan. Mungkin dia bisa membantu lewat atasanmu, sahabat Susan, bagaimana caranya agar Magda dapat cuti diluar tanggungan negara.”
“ Mama belum setahun jadi pegawai. Nggak mungkin itu pap.”
“ Apa yang nggak mungkin di negari ini,”ujarku, lalu mengajak Magda kembali ketempat duduk.
Susan Hendra menikmati malam hingga larut dengan sejumlah minuman. Sebelumnya, Magda telah melarangku secara keras untuk minum alkohol meski hanya sedikit. “ Papa sudah janji, tidak akan menyentuh sedikitpun alkohol kalau sudah bersama mama. Pilih salah satu, alkohol atau mama?” ancamnya ketika tiba di bar hotel.
Menjelang malam, Hendra tiba diikuti dua mobil dinas, satu diantaranya berplat polisi. Hendra menjemputku dan Magda dari rumah, sementara mobil polisi siaga menunggu di seberang jalan. Mobil polisi berpenumpang tiga orang itu mengikuti kami dari belakang hingga tiba di suatu tempat yang tidak kami kenal sebelumnya. Perjalanan menuju rumah itu, menurut perkiraanku sekitar dua puluh menit ke arah timur pusat kota.
“ Zung, malam ini kalian nginap disini. Besok abang jemput,” ujar Hendra sebelum meninggalkan kami di satu ruangan, mirip barak. Di dalam ruangan itu berisi rangsel. Di dinding tergantung foto seseorang anak muda mirip wajah Hendra, sedang mengikuti latihan ala militer di atas seutas tali menyeberangi sungai. Untuk beberapa saat, Magda masih kelihatan nervous.
“ Papa.. lebih baik kita segera pindah ke Jakarta. Mama nggak merasa aman jika masih di Medan. Aku setuju rencana papa tadi. Besok kita minta tolong kak Susan mengurus ijin cutiku.” (Bersambung)
Los Angeles, January 2010
Tan Zung
"Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/