http://www.youtube.com/watch?v=t97o2kbXVPg
All my life was a paper once plain, pure and white /Till you moved with your pen changin' moods now and then /Till the balance was right /Then you added some music, ev'ry note was in place /And anybody could see all the changes in me by the look on my face
And you decorated my life, created a world where dreams area apart /And you decorated my/life by paintin' your love all over my heart /You decorated my life
Like a rhyme with no reason in an unfinished song /There was no harmony life meant nothin' to me, until you cam along /And you brought out the colors, what a gentle surprise /Now I'm able to see all the things life can be shinin' soft in your eyes
And you decorated my life, created a world where dreams are a part 'And you decorated my life by paintin' your love all over my heart /You decorated my life
“ Aku nggak apa-apa kok mas. Memang benar, aku belum cukup dewasa untuk memilih teman hidupku.”
“ Kenapa jadi serius seperti ini. Tadi kita sudah bicara dari hati kehati, terbuka hingga masalah pacarku.”
“ Aku kan nggak bilang apa-apa. Aku setuju, apa yang mas katakan benar.” ujarnya sambil berusaha melepaskan peganganku.
“Tunggu! Laura nggak boleh pergi sebelum wajahmu kembali cerah, tidak murung seperti itu.”
“ Cerah? Itu ekspresi dari hati mas.”
“ Jadi Laura marah?”
“ Kalau” iya” kenapa, kalau “nggak” kenapa?” tantangnya.
“ Kalau “iya” aku pulang besok dengan Lam Hot dan Rima. Kalau “nggak”, berikan aku ciuman selamat malam tiga kali, sebelum Laura meninggalkan kamar ini.”
“ Satu ciuman atas nama Rina, kedua dari Magda dan terakhir dari Laura sendiri.”
“ Kenapa nggak berikut dari ibu Susan?” ujarnya berusaha melepaskan tanggannya sambil memutar tubuhnya.
“ Lho, kok nggak satupun...? Berarti Laura masih marah?”
“ Mas serakah !” ujarnya diiringi ketawa lantas meninggalkanku dalam posisi berdiri.
Segera aku melompat ketempat tidur dengan perasaan lega. Laura telah mengetahui jelas hubunganku dengan Magda, kini aku dan dia telah mempunyai sekat pembatas. Namun aku masih ragu Laura dapat segera menghapus benih cinta yang ditabur selama beberapa bulan terhadap diriku. Apalagi pada situasi dimana dia dihimpit persoalan rumit dengan kedua orangtuanya. Aku yakin Laura masih butuh teman pendamping, setidaknya hingga Gunawan meninggalkan tanah air. Sementara keharmonisan papi dan mami Laura pada sumbu siap bakar akibat penolakan Laura atas pinangan orangtua Gunawan.
Dalam pembaringan malam, gumpalan hitam gelap terasa menutup bola mata sementara ‘roh” telah meniggalkan tubuh, menghantarkan nyenyak dalam peraduan. Sesaat kemudian Laura berbalik menemuiku; dia telah berdiri disisi ranjang kala mata telah kompromi dengan badan melepas penat.
“ Mas, tolong antarkan aku kekamar, aku takut jalan sendiri.” ujarnya sambil menarik lenganku. Aku berusaha membuka mata yang baru saja terpejam namun terasa sangat berat. Laura menepuk wajahku : ” Kok mas tega membiarkan aku jalan sendiri, pagi begini. Ntar orang kira aku perempuan nakal. Ayo dong mas antarkan aku kekamar, tetapi nggak ada jatah-jatahan.” ujarnya geli setelah dilihatnya aku bangkit dari tempat tidur.
“ Duh, kamu sejak tadi malam tak hentinya mengganggu. Minta antar ke kamarlah, sekarang mau apalagi,” ucapku sambil menghampirinya.
“ Kelihatan mas tidur nyenyak.”
“ Laura puas tidur.?”
“ Nggak. Aku tidak bisa tidur. Gelisah terus. Aku ngiri melihat mas dapat tidur nyenyak.”
“ Salah sendiri. Kamu gelisah karena tidak menunuaikan kewajibanmu.”
“ Kewajiban apa?”
“ Tak menyalurkan “jatah”pengantar tidurku.
“ Oalah.., kirain mas serius.”
“ Pukul berapa pagi tadi Laura pulang kerumah?”
“ Mungkin sekitar pukul empat. Tadi aku datang kesini pukul setengah enam, mas masih tidur lelap. "
“ Boleh aku ikut pulang dengan mereka.?”
" Kita pulang besok lusa , sore, kalau mas sudah bosan.!"
" Dan selama itu pula aku menjadi body guard atau kekasih bayangan.?"
Los Angeles, July 2009