Thursday, June 4, 2009

Telaga Senja (48)


I’m All Out of Love - Air Supply
I’m lying alone with my head on the phone/Thinking of you till it hurts/I know you hurt too, but what else can we do?/Tormented and torn apart

I wish I could carry your smile in my heart/For times when my life seems so low/It would make me believe what tomorrow could bring/When today doesn’t really know, doesn’t really know

I’m all out of love, I’m so lost without you/I know you were right, believing for so long/I’m all out of love, what am I without you?/I can’t be too late to say that I was so wrong

I want you to come back and carry me home/Away from these long lonely nights/I’m reaching for you, are you feeling it too?/Does the feeling seem oh so right?

What would you say, if I called on you now/Saying that I can’t hold on/There’s no easy way, it gets harder each day/Please love me or I’ll be gone... I’ll be gone

I’m all out of love, I’m so lost without you/I know you were right, believing for so long/I’m all out of love, what am I without you?/I can’t be too late to say that I was so wrong

What are you thinking of?/What are you thinking of?/What are you thinking of?/ What are you thinking of?

*) 3 X
I’m all out of love, I’m so lost without you/I know you were right believing for so long/I’m all out of love, what am I without you?/I can’t be too late, I know I was so wrong
=================
“ Kenapa aku harus dikontrol? Memang ada kelakuanku berlebihan.?”
“ Abang baru seminggu di Jakarta sudah seharian di meja judi, teler di club malam. Aku yang sudah lama disinipun tak tertarik ke casino dan club malam.”
“ Itu kan hanya kebetulan.”
================
MENJELANG tengah malam, tiga hari sebelum berangkat ke Yogyakarta, aku dikagetkan gedoran jendela kamar. Segera aku melompat dari tempat tidur setelah mendengar Lam Hot dan Rima memanggilku dari luar. Aku terhenyak diiringi rasa gusar setelah mendengar berita Magdalena sedang sakit.

” Sakit apa dia? Kapan kalian dapat berita ?
“ Mbak Rina telepon setengah jam lalu. Kita nggak tanya mbak Magda sakit apa,” jawab Rima.
“ Abang pulang saja, besok aku belikan tiket,” tukas Lam Hot.
“ Kalian seperti menyembunyikan sesuatu, ada apa dengan Magda? Dia mendapat kecelekaan? masih hidupkah dia?"
" Kami juga nggak tahu bang. tetapi kemungkinan kakak itu sakit serius.!"

Sejenak aku menenangkan diri. Dalam benakku tak sedikitpun terlintas kalau Magda sakit serius. Kalau dia sakit serius pastilah adiknya Jonathan atau maminya akan telpon aku. Sepeninggal papinya, aku sudah dianggap bagian dari keluarga mereka, kebetulan kami mempunyai hubungan darah dari pihak ibu.

“ Mas, disuruh telpon malam ini,” lanjut Rima.
" Iyalah, besok saja aku telpon. Nggak enak ngebangunin ibu kos.”
“ Jangan tunggu besok, ayo abang telpon dari rumahku,” ujarnya dengan suara tinggi.
“ Kamulah yang telpon, beritahu kalau aku akan telpon dia besok pagi.”
“ Abang kok tega amat. Nggak mungkin kak Rina telpon larut malam kalau kak Magda tidak sakit serius.”

“ Aku nggak punya feeling dia sakit serius. Mungkin karena rindu saja. Hot, aku kecapekan. Aku harus selesaikan semua ini sebelum besok masuk kantor. Masih banyak pekerjaanku yang masih menumpuk harus aku selesaikan sebelum kita berangkat ke Yogya,” ujarku sambil menunjuk tumpukan berkas yang masih berantakan.

“ Hah..? Abang masih mikirin liburan ke Yogya? Ayo bang siap-siaplah, nanti taksinya terlalu lama menunggu kita,” desaknya. Dengan perasaan terpaksa aku menuruti ajakan Lam Hot meski tubuh terasa lelah. Dalam perjalannan menuju kerumah Lam Hot, perasaanku diliputi rasa gelisah, akhirnya aku putuskan membatalkan liburan ke Yogya. “ Hot kalau Magda menginginkankan aku pulang, besok lusa aku akan berangkat,”ujarku.

“ Nggak usah menunggu jawabannya, bagaimana kalau kak Magda nggak bisa lagi bicara ?
“ Nggak mungkin separah itu. Aku yakin dia rindu atau ada yang memberitahu kalau aku berteman dengan Laura. Aku cukup lama berteman dengan dia, tenanglah kau, nggak apa-apanya dia itu, “ujarku menyakinkan.
“ Tenang abang bilang, bagaimana kalau tiba-tiba dia “lewat”!?”
“ Kalau itu kehendak Nya, tak seorangpun dapat menghindarinya.”
“ Bah! Kok tiba-tiba kayak pendeta saja abang ku tengok,” katanya kesal.
“ Lagian kenapa sih otakmu sekotor itu, mikirin meninggal. Memang setiap orang sakit berakhir ddengan kematian? Macam orang tak beriman saja kau?”

“ Beriman? Abang beriman? Untuk doa makan saja abang tak jelas, boro-boro mendoakan orang sakit.!”
“ Aku sering berdoa dikala sediri."
" Bah! puitis kali!"
" Hot, berdoa itu tak harus dilihat orang banyak. Aku masih ingat ketika kita guru sekolah minggu, tempo dulu, berkata; dengan iman sebiji sesawi dapat memindahkan ......”
“ Iyalah, tahunya aku itu, “ potongnya. Pindahkanlah gunung Papua sana banyak emasnya. Ngapain abang capek-capek kerja, sampai lembur tengah malam dengan gaji pas-pasan pula. Abang kalau mengkhayal jangan terlalu muluk, pindah kos saja abang harus dibantu, mau pindahin gunung!?”
***
Rima menyerahkan gagang telpon ketanganku setelah menghubungi kakaknya Rina di rumah Magdalena. Belum sempat tanyakan penyakit Magda, Rina langsung ngerocos; “ Mas, susah bangat sih dihubungi? Pindah juga nggak beritahu.”
“ Aku bolak-balik telepon kalian, tak ada yang orang dirumah. Rin, sejak kapan Magda sakit? Sudah periksa ke doter.?”
“ Sejak tadi siang. Dia pulang kantor lebih awal, nggak tahu sakit apa, mas sendiri yang tanyakan. Sejak minggu lalu mbak sudah gelisah setelah tahu dari ibu kos, mas selalu pergi pulang bareng dengan Laura.”
“ Aku hanya ingin menghemat biaya transport Rin. Nggak ada maksudku yang lain. “
“ Ya, aku ngerti. Tetapi kalau terus bareng setiap hari bisa berlanjut dengan asmara.”
“ Itulah alasanku kenapa pindah rumah dekat kantor, aku bisa jalan kaki sekaligus untuk menghindari jangan sampai dia menganggap aku telah membalas” kerinduananya”.”

“ Jadi nggak ada hubungan dengan Laura.”
‘” Hanya sebatas teman. Elu saja yang heboh jadi mat comblangnya,dulu.”
“ Mas dulu ngakunya sudah putus dengan mbak Magda. Laura juga sudah putus dengan pacarnya. Waktu itu Laura kebetulan berkunjung kerumah setelah kita pulang dari Ancol; dia ingin kenalan dengan mas, tetapi mas nggak keluar-keluar dari kamar. Besoknya dia datang lagi, tetapi mas dan adik Lam Hot sedang berpergian. “
“ Jadi kamu yang kasih fotoku ke Laura?”
“ Bukan mas. Aku tak tahu Laura mengambil foto kita waktu di Ancol. Dia beritahu esok harinya setelah aku nyari-nyari,” ujar Laura ketawa.
“ Rina cerita apa kepada Laura.”
“ Aku hanya cerita kalau mas belum punya pacar. Waktu itu ngakunya sudah putus dengan mbak Magdalena, ternyata mas ngibul.”

“ Memang kami sudah putus, kemudian mencoba dirajut lagi. Memang ketika itu aku nggak pasti kalau Magda masih mau menerimaku. Rina juga sudah tahu bagaimana hubungan kami sampai sekarang , ruwet.”
“ Mas sendiri yang ngeruwetin, banyak maunya.”
“ Rin, aku masih terus mengharap jika Magdalena mau melanjutkan hubungan kami yang sempat terputus. Aku juga tetap membatasi diri dengan perempuan lain, termasuk dengan Laura.”
“ Tetapi kenapa mas nggak pernah menghubungi mbak Magda belakangan ini? Keasyikan dengan Laura.?”
“ Aku sibuk sekali di kantor. Aku harus membereskan pembukuan yang masih beratankan yang ditinggalkan pegawai yang aku gantikan. Hampir setiap hari aku terpaksa menyelesaikan dirumah, kadangkala Laura membantuku.”

Halah...mas cari alasan, dulu sebelum akrab dengan Laura, hampir setiap hari telpon mbak Magda.”
“ Ya. Tetapi bulan kemarin rekening telponku banyak sekali.”
Nah lho...sekarang mas sudah pakai hitungan iya....hhm...” ucapnya sinis.
“ Rina, gajiku masih pas-pasan, bulan depan aku harus bayar kamar selangit. Aku juga masih punya utang kepada Magda, uang pengganti kecopetan dulu belum aku bayarkan.”
“ Lagian, sok amat sih elu tinggal didaerah itu.”
“ Bukan kemaunku, Lam Hot yang cari dan putuskan.”
“ Salah sendri, kenapa mau?”
“ Rin, sudah ah, penyakit Magda menular ke kamu, ngajak ribut terus. Panggilkan Magda, aku sudah siap diajak ribut ronde kedua,” ujarku disambut tawa Rina.
“ Mas lanteung...ehh... maaf , aku kangen panggil nama kesayanganmu itu, tunggu sebentar mas aku bangunin dia.”( Bersambung)

Los Angeles. June 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/