Wednesday, June 24, 2009

Telaga Senja (62)





http://www.youtube.com/watch?v=CtRDKi7dRg0

Westlife--Every Little Thing You Do
Hello, let me know if you hear me/Hello, if you want to be near/Let me know/And I'll never let you go / Hey love/When you ask what I feel, I say love/When you ask how I know/I say trust/And if that's not enough

It's every little thing you do/That makes me fall in love with you/There isn't a way that I can show you/Ever since I've come to know you


It's every little thing you say/ That makes me wanna feel this way/ There's not a thing that I can point to/'Cause it's every little thing you do

Don't ask why/Let's just feel what we feel/'Cause sometimes/It's the secret that keeps it alive/But if you need a reason why

(Chorus) : Is it your smile or your laugh or your heart?/Does it really matter why I love you?/Anywhere there's a crowd, you stand out

Can't you see why they can't ignore you?/If you wanna know/Why I can't let go/Let me explain to you/That every little dream comes true/With every little thing you do

It's everything, everything you do/That makes me fall in love with you/It's everything, everything you say/That makes me feel this way
====================
“ Mbak, ntar kalau abang pingsan nggak ada yang tahu. Biarkanlah kami satu kamar. Aku janji nggak gangguin abang,” ujarnya ketawa.
“ Nggak apa-apa kok, nanti adik Lam Hot sesekali ngecek mas Tan Zung ke kamar,” balas Laura serius.
====================

Siang harinya aku kaget ketika Laura membangunkanku; dia dan Lam Hot masuk kekamar tanpa sepengetahuanku. “ Abang nggak apa-apa kan,?” tanya adikku. Laura menimpali, “ Mas, tadi kami ketuk-ketuk kamar nggak ada sahutan. “
“ Kalian pikir aku sudah “lewat” iya.?” tanyaku dari atas tempat tidur
“ Lho, kok pikirannya sejauh itu mas!?,” tanya Laura serius.
“ Habisnya kalian masuk seperti garong!”
“ Maaf mas, aku khawatir penyakitnya kambuh.!” ujarnya memelas.
“ Iya, siapa tahu juga abang lupa bernafas.!” selah Lam Hot
Heh....Hot nggak baik omong seperti itu,” sergah Laura.
Sebenarnya aku dan Lam Hot hanya bergurau, tetapi Laura menjawab serius setiap pembicaraanku dan Lam Hot. Laura belum dapat mengimbangi gurauan lepasku dan Lam Hot. Kebiasaanku saling ngenyek dengan Magda terbawa-bawa. Bila celotehan semacam ini terjadi padaku dan Magda pastilah berlanjut seru bagai berbalas pantun.

“ Laura, aku sudah bisa pindah kamar. ?”
“ Kenapa mas, takut sendirian.?”
“ Iya, aku tadi mimpi tabrakan dengan kereta,” ujarku sambil bangkit dari tempat tidurku.
“ Abang remuk dong, “ balas Lam Hot.
“ Nggak keretanya yang berantakan.”
“ Mimpinya kok lucu,?” tanya Laura.
“ Iya, aku tabrakan dengan kereta angin,” ujarku lantas berjalan ke kamar mandi.
“ Begitu mbak, kalau orang desa mimpi hanya seputar kereta angin dan kereta lembu,” celutuk Lam Hot cengengesan. “ Cepatan bang, aku sudah lapar berat nih,”lanjutnya.

Aku melihat Laura tak mampu menahan tawanya hingga terduduk di tempat tidurku. “ Sudah mas, aku capek,” ujarnya masih ketawa.
Sementara aku berkemas dalam kamar mandi, aku mendengar suara Rima; Dia menyapaku setelah keluar dari kamar mandi,” Kakak tampak segar, “ sapanya.

Laura mengajak kami makan siang, ternyata dia sudah menyiapkannya untuk kami berempat. Sebelum kami duduk dikursi meja makan, aku membisikkan kepada Laura agar jangan menyuruhku berdoa makan. “ Kita doa sendiri-sendirlah,” kataku pelan, takut kedenganran Lam Hot. Laura mengganggukkan kepalanya sambil tersenyum mendengar permintaanku.

“ Mas belum selera makan,? “ tanyanya ketika dia melihatku kurang bergairah.
“ Apa perlu dipanggil ibu untuk suapin abang,?” celutuk Lam Hot. Siang itu, aku memang kurang selera makan, selain lidahku belum pas dengan menu makanan yang tersaji, aku tiba-tiba ingat Magda. Hampir saja aku kelupaan, hari itu adalah hari ulang tahunnya. Ini juga salah satu penyebab aku kurang menikmati makan siang kami. Aku ingin segera meninggalkan mereka, hendak mengucapkan selamat hari lahirnya Magda, namun aku masih enggan memakai jasa telepon hotel itu.

Laura dan Rima tak tega meneruskan santapannya setelah melihat aku meletakkan sendok diatas piringku, sementara Lam Hot tanpa peduli, terus melahap makanannya. Laura terus membujukku untuk menyantap makanan yang masih menumpuk diatas piringku, “ Makan sedikit lagi mas.”

Bujukan yang sama diajukan Rima. Aku berusaha mencicipi lagi setelah keduanya tak mau melanjutkan makan, meski kerongkonganku belum dapat diajak kompromi. Aku memaksakan mencicipi makanan. Kembali, Laura dan Rima mengangkat sendoknya dan melanjutkan makan.
Wajah Laura tampak prihatin melihat perubahanku begitu tiba-tiba. Selama di meja makan pandangannya hampir tak lepas dari wajahku membuat aku semakin kikuk.

Setelah habis makan, Laura meminta kunci kamar. ” Obatnya taruh dimana mas,?” tanyanya sambil beranjak dari kursinya. Lam Hot buru-buru mengambil kunci dari tangan Laura,” Biar aku yang ngambil mbak. Ah..manja kalipun abang ini,” ujarnya bersungut. Laura dan Rima saling pandang dan melemparkan senyuman melihat tingkah adikku Lam Hot.

“ Kakak Tan Zung beda bintang iya dengan mas Lam Hot?,” tanya Rima.
“ Bukan cuma beda bintang, beda rejeki dan beda ganteng. Biasanya hidung mancung kedepan, lihat hidung Lam Hot mancung kesamping alias bersayap. Entah kenapa dik Rima tertarik dengannya. Aku bintang Virgo, Lam Hot bintangnya lipan, makanya ucapannya berbisa dan selalu membelit ” jawabku.
“ Mana ada bintang lipan mas, mungkin Scorpio maskudnya,?” celutuk Laura.
“ Samanya itu, cuma beda bentuk tubuh, tapi sama-sama beracun dan mematikan,” jelasku disambut tawa cekikan Rima ( Bersambung)

Los Angeles. June 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/