Monday, May 11, 2009

Telaga Senja (31)











http://www.youtube.com/watch?v=nElc2vMU-b0

In my life I see where I've been /I said that I'd never fall again /Within myself I was wrong My searchin' ain't over... over /I know that

When you love a woman /You see your world inside her eyes /When you love a woman /You know she's standin' by your side /A joy that lasts forever /There's a band of gold that shines waiting / Somewhere... oh yeah

If I can't believe that someone is true /To fall in love is so hard to do /I hope and pray tonight /Somewhere you're thinking of me girl /Yes I know... I know that

When you love a woman /You see your world inside her eyes /When you love a woman /You know she's standin' by your side /A joy that lasts forever /There's a band of gold that shines, waiting somewhere... oh...

It's enough to make you cry. /When you see her walkin' by /And you look into her eyes /When you love a woman /You see your world inside her eyes /When you love a woman /Well you know she's standin' by your side /A joy that lasts forever

There's a band of gold that shines /When you love a woman... /When you love, love, love /When you love a woman /You see your world inside her eyes.

==============
“ Mestinya menanyakan langsung kepadaku. Aku terlalu bodoh datang ke dr Robert bila aku menghamili Rina. Sama saja aku menyibak aibku. Sesekali pakai logika,” ujarku sambil menghentakkan wajahnya dengan telapak tanganku untuk mencairkan suasana..
==============

Wajah Magda kembali cerah setelah melihat rasa dongkolku hilang, senyumnya bagai sinar rembulan. Aku merangkul mengusir rasa takutnya terhadapku. “ Magda, jangan ulangi lagi seperti kemarin malam itu. Sepertinya aku tak punya harga diri,” bisikku di telinganya.

“Ya bangngng.... Aku tadi kan sudah minta maaf. Abang masih sakit hati.!?”
“Aku kembali mencium keningnya berucap: “ Nggak ! Aku nggak marah lagi. Aku sudah maafkanmu tuan putri.!”
“ Zung! Jangan marah -marah terus, aku ketakutan .....!”
“ Magda juga jangan terlalu cemburuan.!”
“ Aku juga nggak tahu kalau aku cemburu. Kapan kembali ke Jakarta bang.?”
“ Besok! Aku dapat izin dari kerjaan hanya empat hari.Kenapa.?”

“ Sabtu lusa Dany teman kita nikah, temanin aku bang,” bujuknya.
“Magda jangan terlalu sering menghadiri acara pernikahan, apalagi kalau bukan teman dekat. Nanti kamu sukar dapat jodoh.”
“ Abang sok tahu. Lagian, memang aku nggak butuh jodoh. Aku kan sudah katakan dulu kepada abang.”
“ Jadi masih setia menungguku.?”
“ Menunggu ngapain?”
“ Nikah!”
“ Nggak! Abang ngaco. Temani aku Sabtu nanti iya.?”
“ Aku sih mau saja, hanya masih trauma menghadiri pesta pernikahan bersama denganmu.”
“ Lho, kok trauma ?”
“Ingat peristiwa dulu, aku hampir mati ditabrak motor vesva, untunglah hanya kakiku yang babak belur.”
“ Bang! sekali lagi abang ingatkan, aku tak akan mau bicara dengan abang seumur hidup dan nggak usah telpon aku untuk selamanya.” ujarnya dengan mata melotot.

Buru-buru aku minta maaf, sebelum keluar jurus-jurus mautnya. Seperti biasanya, tensi Magda langsung turun apabila langsung minta maaf.
“ Bagaimana bang jelek, mau nggak temanin aku Sabtu lusa,? tanyanya setelah aku mencium punggung tangannya.
“ Diancam, pastilah mau. Tapi aku butuh keterangan sakit dari dokter dan Magda harus telephon bossku, katakan aku sedang sakit.”

***

Aku, Magda dan Rina menghadiri resepsi pernikahan teman satu almamater kami. “ Rina! aku dan Magda nggak pacaran lagi. Tidak usah kamu merasa sungkan jalan bersama kami,” ujarku setelah Magda berulangkali menegurnya karena sering menjauh dari kami.
“ Aku nggak enak hati mas, menggangu kenyamanan kalian berdua. Tak pacaran tapi kok mesra,” balasnya.

“ Kemarin aku sudah katakan, memang hubungan kami unik, bahkan maminya juga bingung melihat tingkah laku Magda, cemburuan. Padahal dia sudah janji tidak akan menikah dengan siapapun, juga dengan aku. Aneh iya Rin?”
“ Heh..ngomongin aku iya,” hentak Magda dari belakang.
“ Iya. Aku beritahukan rencana pernikahan kita kelak.”
“ Abang mau nikah dengan bayanganku,?” ujar Magda disambut tawa Rina.

Rina tampak kurang bersemangat selama mengikuti resepsi. Magdalena berusaha mengajak Rina terus bicara, setelah aku berbisik kepada Magda : “ Jangan biarkan Rina diam seperti orang bengong; dia masih terpukul. Kamu nggak usah pikirkan aku.”
“ Benar? Abang nggak merajuk?”
“ Iya nggaklah. Kecuali ada lagi orang yang ”menculikmu” dan duduk bersanding dengan lelaki lain kutembak mati kau.” ujarku mengingatkannya persitiwa silam.
“ Bang! Kenapa lagi mengungkit masa lalu? Memang abang pikir aku menerima sikap papi kala itu,?” suaranya pelan.

Lho kok Magda serius. Kita nggak usah ribut disini, malu dilihatin orang banyak.”
“Abang sendiri yang mulai. Sudah ah... kita pulang saja.” ujarnya sambil beranjak dari kursi.
Aku meremas pahanya dibawah meja, kuat. “ Magda, kasihan Rina. Dia akan terpukul kalau kita terus-terusan ribut.” bisikku ketelinganya. “ Ayo wajahmu jangan cemberut seperti itu, jelek.” tambahku. Magda mau bertahan dan kembali lagi dengan suasana sejuk.
“ Sesekali aku menimpali percakapan Magda dan Rina yang sudah terlihat akrab, meski baru dua hari berkenalan. Setelah selesai acara resepsi Magda mendekatkan mulutnya kekupingku, berbisik: “ Bang, jangan sewot kalau aku yang menyetir mobil agar Rina tidak merasa enggan lagi denganku.”
“ Terserah yang punya mobil. Aku kan hanya penumpang,” jawabku lantas menyerahkan kunci mobil.
“ Abang selalu begitu, boleh nggak bang aku yang nyetir.?"

" Magda, besok aku mau pulang. Kamu tega membiarkan aku duduk sendirian dibelakang, setelah kemarin kamu melukaiku.?"
" Ya...iyalah..abang yang nyetir," jawabnya buru-buru. " Abang tersinggung.?" tanyanya ketika aku diam tak menjawabnya. (Bersambung)

Los Angeles. May 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “:http://tanzung.blogspot.com/