Monday, June 15, 2009

Telaga Senja (55)

Highway run/Into the midnight sun/Wheels go round and round/You're on my mind
Restless hearts/Sleep alone tonight/Sending all my love/Along the wire


They say that the road/Ain't no place to start a family/Right down the line/It's been you and me/And lovin' a music man/Ain't always what it's supposed to be/Oh, girl, you stand by me/I'm forever yours/Faithfully

Circus life/Under the big top world/We all need the clowns/To make us smile/Through space and time/Always another show/Wondering where I am/Lost without you

And being apart/Ain't easy on this love affair/Two strangers learn to fall in love again/I get the joy of rediscovering you/Oh, girl, you stand by me/I'm forever yours/ Faithfully

Whooa, oh-oh-ooh/Whooa, oh-oh-ooh, oh/Whooa, oh-oh-oh, oh-whoooooa-oh/Faithfully/I'm still yours/ I'm forever yours/Ever yours/Faithfully
=======================
Sebelum Rina menutup telpon, aku terhenyak mendengar suara kejauhan ; Rin, bilangin Magda nggak bisa diganggu, suruh telpon besok malam.”
=======================
Suara Maminya Magdalenakah itu? Kenapa maminya yang selama ini membelaku telah berubah? Hening sejenak, tanpa suara, irama detak jantungku semakin tak terkontrol, telepon aku tutupkan dengan tangan gemetar dijejali rasa tanya. Kenapa semuanya berubah begitu tiba-tiba? Inikah akhir dari segalanya, hanya karena aku terlambat telepon Magdalena. Lalu kenapa, inangudaku, maminya Magda sudah ikut mencampuri hubunganku dengan Magda? Aku terhempas dalam kesunyian malam, bunyi detak jam dinding diruang tamu menambah rasa getir dan menakutkan.

Kesunyian itu tak berlangsung lama, ketika dering telepon memecah keheningan, aku segera mengangkat telepon, mengharap, Magda atau Rina menelponku.
“ Zung, kenapa teleponnya diputus,? suara mirip Magda diujung telepon.
“ Kamukah itu Magda? Aku tadi mendengar suara kejauhan melarang bicara denganmu.”
“ Zung! Abang sukar mengenal suaraku? Padahal suaraku tak pernah berubah sejak abang mengenalku, lima tahun lalu. “

“ Magda, aku mengira itu suara mami.”
“ Sejak kapan mami melarangmu bicara denganku? Bukankah selama ini sikap mami berlebihan, selalu membela abang, jika kita bertengkar.?”
“ Makanya aku tadi hampir limbung. Tanpa aku sadari tanganku menutup telepon. Ya, sudahlah, perasaanku kini pulih. Bagaimana dengan kesehatanmu?”

“ Sudah agak baikan, tetapi om dokter belum mengijinkan aku kerja. Kebetulan berlanjut lagi dengan liburan panjang. "
" Kamu terlalu lelah atau rindu?"
" Om dokter nggak beritahu aku sakit apa, mungkin terlalu capek, pekerjaan dikantor menumpuk dan harus diselesaikan sebelum lebaran ."

"Apa rencana abang waktu liburan lebaran besok.”
“ Magda dan Rina punya acara?”
“ Aku tanya abang, kok malah tanya aku?”
“ Magda mau jika aku pulang?”
“ Bangngng....aku tanya, apakah abang punya rencana liburan besok nggak? Susah benar jawabnya.!”
“ Ya, Kami mau pergi ke Yogya.”
“ Kami? Siapa “kami” itu bang?”
“ Kami bertiga, Lam Hot, Rima dan aku.”
“ Siapa lagi Zung.?”
“ Teman sekantorku, Laura.”

“ Tadi abang bilang bertiga. Kenapa abang berpura-pura tanya , jika aku mau abang pulang?”
“ Magda, aku tak berpura-pura. Kalau Magda menginkan pulang, aku akan pulang, jelas?”
“ Bang. Sejak dulu aku sering katakan, berpikirlah matang sebelum mengambil keputusan. Seandainyapun aku mengatakan abang pulang, abang tega membatalkan janji yang telah kalian sepakati sebelumnya, bahkan tiket dan penginapanpun sudah tersedia.?”

“ Demi kau Magda, apapun akan kulakukan.”
“ Demi aku? Menurut abang, siapakah aku ini sebenarnya, jujurlah bang.”
“ Kamu sahabatku, itoku dan engkau adalah segalanya.”
“ Abang kayak pelantun lagu,” jawabnya renyah.
“ Tahu darimana kalau aku mau liburan ke Yogya.?”
“ Apa perlunya abang tahu, aku tahu dari siapa.?”
“ Magda, sebelum kami putuskan pergi ke Yogya, aku berulangkali meneleponmu, tetapi Magda selalu nggak ada di rumah.”

“ Oh...abang telepon aku, hanya untuk memberitahu kalau abang dan Laura berlibur ke Yogya.?”
“ Bukan Magda. Aku telepon karena aku tahu Magda sakit dan aku juga rindu, sekalian minta ijin pergi liburan.”
“ Minta ijin dari aku? Aku nggak punya hak melarang atau memberi ijin kepada abang untuk berpergian dengan siapapun.!”

“ Magda! Kenapa tidak sedikitpun menghargai rasa respekku terhadapmu.?”
“ Sebutkan bang, hal yang mana aku tidak respek.?”
“ Sejak tadi, Magda selalu curiga dan bertanya sinis.!”
“ Baiklah bang, aku hanya mendengar saja, itupun kalau masih ada yang perlu dibicarakan.”
“ Magda! Kenapa jadi begini.?”
“ Aku serba salah bang, diam salah, bertanya dianggap nggak respek dan sinis.!”
“ Magda, kamu tahu kan bila aku masih menyayangimu.!?”
“ Kalimat yang sama juga abang nyatakan kepada perempuan lain, bukan.?”
“ Nggak pernah, kecuali dulu, kepada Susan.”
“ Zung, dulu abang katakan kepadaku, menyatakan sayang tidak selalu dalam ucapan, ingat nggak bang.?”
“ Ya, iii...iya Magda, tetapi kami berpergian bareng dengan Lam Hot dan Rima.”
“ Pergi bareng? Kok abang seperti orang gugup. Adik Lam Hot pergi dengan Rima besok, bukan? Abang kapan.?”
“ Besok lusa. Kebetulan tiket kereta yang sama dengan Lam Hot telah habis.”
“ Oh...begitu. Sudahan dulu iya bang, aku mau tidur. Malam baik .! (Bersambung)
Los Angeles. June 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/