Tuesday, November 24, 2009

Telaga Senja (169)

(music: right click on mouse then click “open in new window”)

Mariah Carey - We Belong Together
(Ooh, ooh, sweet love, yeah) I didn’t mean it when I said I didn’t love you so /I should’ve held on tight, I never should’ve let you go /I didn’t know nothing, I was stupid, I was foolish /I was lying to myself

I could not fathom I would ever be without your love /Never imagined I’d be sitting/here beside myself /‘Cause I didn’t know you, ‘cause I didn’t know me /But I thought I knew everything /I never felt

The feeling that I’m feeling now that I don’t hear your voice /Or have your touch and kiss your lips ‘cause I don’t have a choice /Oh, what I wouldn’t give to have you lying by my side /Right here, ‘cause baby (We belong together)

When you left I lost a part of me (Together)/It’s still so hard to believe/(Come back, come back) /Come back baby, please /(Come back, come back)/‘Cause we belong together

***) Who else am I gon’ lean on when times get rough (Ooooooh yeah)/Who’s gonna talk to me on the phone till the sun comes up (Oooooh yeah)/Who’s gonna take your place, there ain’t nobody better (Oooooooh yeah)/Oh, baby baby, we belong together

I can’t sleep at night when you are on my mind /Bobby Womack’s on the radio saying to me:/“If you think you’re lonely now” /Wait a minute this is too deep (too deep) /I gotta change the station so I turn the dial /Trying to catch a break and then I hear Babyface /I only think of you and it’s breaking my heart /I’m trying to keep it together but I’m falling apart

I’m feeling all out of my element /I’m throwing things, crying /Trying to figure out where the hell I went wrong /The pain inflicted in this song ain’t even half of what I’m feeling inside /I need you, need you back in my life, baby /(We belong together)

When you left I lost a part of me (Together)/It’s still so hard to believe(Come back, come back) /Come back baby, please (Come back, come back)/‘Cause we belong together

Back ***)
When you left I lost a part of me (Together)(Oooooooh yeah)/It’s still so hard to believe(Come back, come back) /Come back baby, please (Oooooooh yeah)
(Come back, come back)/‘Cause we belong together

Back ***)
Ooooooh yeah/Ooooooh yeahOoooooh yeah/We belong together
================
Pramugari tersenyum penuh arti ketika menyaksikan tanganku, sesekali menggerai rambut Magda diikuti ciuman di pipinya. Kelembutan wajahnya mengingatkan ucapannya, ketika aku dan dia ribut gara-gara kepala Shinta tertidur dipangkuanku sepulang dari kampung.
“ Pap, aku cemburu karena aku sangat mencintaimu.”
=================

LEWAT pengeras suara di dalam pesawat diberitahukan bahwa pesawat dalam waktu dekat akan mendarat. Seorang pramugari mendekat dan mengingatkan kami untuk memakai seat belt. Aku membangunkan Magda dengan gurauan: ” Mam, pramugari tanya, apakah mama bersedia hidup bersama Tan Zung,?”
“Ya, iyalah,” jawabnya sambil mencubit daguku, gemas.
“ Lucu, kok jawaban mama seperti itu.?”
“ Yang tanya kan pramugari? Kalau pak pendeta yang tanya mama akan jawab,”Yes I do.” jawabnya tersenyum seraya bangkit dari pangkuanku.

Pramugari yang sejak awal sesekali mencuri pandang , tersenyum. Tampaknya dia “menikmati” adegan mesra singkat itu. Tetapi Magda tersipu malu setelah aku beritahu pramugari sedang memperhatikan kami. Magda masih tampak lesu . Dia menyandarkan kepalanya di sisi bahuku.
“ Pap, punggung mama pegal. Tolong pijat dong,” pintanya.
“ Mama sengaja bawa aku dari Jakarta hanya untuk pijat? Duh..sedih nian nasipnya seorang sarjana pengangguran.”

“ Yang dipijat juga kan sarjana, perempuan dari bukut suci?” balasnya genit.
“ Tadi, mama mimpi menyebut nama seseorang, tapi papa nggak mendengar secara jelas nama itu,” usilku, sambil tanganku memijat punggungnya.
“ Nama siapa pap? Hary..? Ketemu juga belum. Albert? Ngomong juga nggak pernah. Bistok kali iya pap,” ujarnya ketawa. Bistok, teman sekelas kami ketika di es-em-a, tetapi sudah menikah. Nama Bistok selalu aku sebut untuk sebalin Magda.
***
Jonathan adik Magda dan pacarnya serta Rina menjemput kami di airport. Keluar dari terminal Rina dengan perut buncitnya menyongsong di pintu keluar, berteriak,” Hei...mas lanteung selamat datang kembali ke pangkuan ibu pertiwi,” serunya lantas memelukku. Kemudian mencium Magda: ” Berhasil juga mbak “menyita” mas Tan Zung dari peredaran,” ujarnya disambut tawa Magda dan Jonathan.

Sebelum masuk ke dalam mobil aku meminta ke Magda agar mampir dulu ke rumahnya: “ Mau ketemu ibu mertua,” ucapku pelan takut kedengaran Jonathan. Mata Magda binar mendengar ucapanku “mertua” untuk maminya, lalu ia mengganguk “ Ya...iya pap,” sahutnya. Kali pertama aku menyebut mertua. Selama ini aku menyebut inang uda ( bu le/tante, pen)

Tiba di rumah Magda, maminya, calon mertuaku menyambutku, hangat. “ Sudah baikan amang ?” tanyanya sambil memperhatikan hidung dan bibir bekas kecelakaan.
“ Mami, bahu abang masih sering kambuh,” sela Magda. Sejenak kami berbicara dengan mami Magda dan Jonathan tentang rencanaku selanjutnya. Mereka bertanya apakah aku akan kembali ke Jakarta setelah bahuku sembuh.

“ Nggak mami. Abang nggak mau kembali lagi ke Jakarta. Abang mau cari kerja di sini.” jawab Magda mendahuluiku. Sementara kami mengobrol, Rina telah selesai menyiapkan makan malam. Rina memanggil kami sambil melucu “ Bapak-Ibu, saudara-saudari yang lapar silahkan mendekat, makanan telah tersedia,” kocaknya.
“ Rina, kelakuanmu kamu berubah banyak."
“ Bawaan dari dalam mas. anak Batak Jawa,” ketawanya.
“ Atau terlalu sering ke stasion Sambu dengar tukang koyok?” balasku.

" Mami, rasa arsiknya kok beda?" tanya Magda
" Bagaimana menurut kamu Zung?" tanya maminya.
" Menurut abang, arsiknya masakan siapa, mami atau Rina?” tanya Magda.
“ Yang pasti bukan masakan inang uda. Rina , pasti bukan. Terlalu hebat lah Rina tahu masakan arsik.”
“ Kenapa abang tahu pasti bukan mami yang masak?”
“ Kan, sudah sering cicipin masakan inang uda? Arsiknya kurang asin,” jawabku disambut tawa maminya Magda.
“ Lidah Tan Zung, lidah ompung-ompung,” celutuk mami Magda.
Inang uda kurang sehat amang. Tadi Rina belikan dari lapo (warung, pen).
***
Setelah makan malam, mami Magda mencegah kami pergi ke rumah pak Ginting. “ Lebih baik besok pagi amang. Biar itomu Magda yang mengantar. Dia masih punya cuti hingga besok lusa.”
“ Ya mas, malam ini tidur disini dulu. Rina sudah rapikan kamarnya,” sambung Rina. Wajah Magda tampak cerah, ketika aku setuju usulan maminya. Jonathan dan pacarnya serta Rina meninggalkan meja makan, tinggal aku dan Magda. Mami menyusul kemudian, setelah kami bertiga bincang-bincang berbagai hal.

“ Badannya di lap dulu sebelum tidur iya pap,?” tanyanya pelan saat aku menuju kamar tidur. Magda tidak merasa canggung, meski di rumahnya. Dia mempersiapkan pakain malamku. Juga dia mengikuti ke kamar mandi.
“ Papa nggak usah mandi. Sudah terlalu malam, ntar papa sakit. Biar mama yang melap badannya iya pap!” ucapnya serius.
“ Mam! Ini bukan rumah Tan Zung!”
“ Apa hubungannya, rumah papa dengan rumah mami? Mama tanya mau di bantu? Jawabannya hanya “ya” dan “tidak” jawabnya centil.
“ Terserah mama lah”
" Tidak ada pilihan jawaban ketiga. Hanya "ya" atau " tidak"? ( Bersambung)

Los Angeles. November 2009

Tan Zung
"Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/