Tuesday, September 8, 2009

Telaga Senja (117)




http://www.youtube.com/watch?v=p_Tf2lQvDz0

Meat Loaf - Two Out Of Three Ain’t Bad
Baby we can talk all night/But that aint getting us nowhere/I told you everything I possibly can / Theres nothing left inside of here/And maybe you can cry all night/But that'll never change the way that I feel/The snow is really piling up outside/I wish you wouldnt make me leave here

I poured it on and I poured it out/I tried to show you just how much I care/Im tired of words and Im too hoarse to shout/But youve been cold to me so long/Im crying icicles instead of tears

And all I can do is keep on telling you/I want you/I need you/But — there aint no way Im ever gonna love you/Now dont be sad/cause two out of three aint bad/Now dont be sad/cause two out of three aint bad

Youll never find your gold on a sandy beach/Youll never drill for oil on a city street/I know youre looking for a ruby in a mountain of rocks/But there aint no coupe de ville hiding at the bottom of a cracker jack box

I cant lie/I cant tell you that Im something Im not/No matter how I try/Ill never be able/ To give you something/Something that I just havent got

Theres only one girl that I will ever love/And that was so many years ago/And though I know Ill never get her out of my heart/She never loved me back/Ooh I know/


I remember how she left me on a stormy night/She kissed me and got out of our bed/And though I pleaded and I begged her not to walk out that door/She packed her bags and turned right away .....
==================
Aku segera bangkit dari tempat tidur sebelum Laura melangkah keluar dari kamar. “ Maaf Laura, aku marah dan sakit hati kepada Magda. Kamu jadi ikut korban.” Aku membujuk Laura duduk kembali.
==================

SAHABAT ku Laura dan Magdalena mempunyai karakter yang hampir sama, sifat “manganju”( membujuk, pen) sangat menonjol, apalagi bila mereka sadar melakukan kesalahan. Entah roh mana yang mempertemukanku dengan kedua anak manusia ini. Agak berbeda dengan sahabatku Susan, lembut juga tetapi sering “meronta”. Barangkali, penyebabnya rentang usia kami yang berbeda.

Laura menurut ketika aku mengajaknya bicara sebentar sebelum dia kembali ke rumahnya. “ Kenapa Laura dan Lam Hot mencariku,?” tanyaku lembut.
“ Lam Hot menjemputku ke rumah. Katanya, ibu sedang berkunjung ke Medan ingin bicara dengan mas.”
“ Kenapa tadi nggak beritahu langsung saat kalian tiba di bar.?”
“Bagaimana kami memberitahu, mas sudah kebanyakan minum. Kami baru tiba, mas langsung marah-marah kepada adik Lam Hot. Sungguh mas, aku tak menyangka kalau mas.....”
“Brutal ? Iyah...itulah asliku Laura," potongku. " Maaf Laura, tadi malam aku sedang panik. Magdalena mencurigaiku melakukan perselingkuhan dengan Susan. Laura, yang paling menyakitkan, tadi malam, saat kami bicara, Magdalena menutupkan telepon secara tiba-tiba karena aku masih menginap di hotel. Mungkin dia kira Susan masih di kamar yang sama, pada hal Susan sudah kembali ke Medan," imbuhku.

“ Aku juga berpikir seperti mbak Magda.”
“ Makanya, Laura juga ikut kena damprat,” balasku diiringi tawa disambut senyum masem. Sebelum meninggalkan kamar, Laura mengingatkan tugas keluar kota:” Besok aku antar ke stasion,” ujarnya sambil beranjak dari kursi.

***

PAGI sekitar pukul tujuh, Laura telah datang menjemputku, untuk menghantarkan ke stasion kereta., sementara aku masih “bergulat” dalam mimpi. Dalam mimpi, aku dihampiri oleh seorang perempuan yang belum pernah aku kenal. Rupanya elok dipandang. Postur tubuhnya langsing ideal dengan struktur wajah dan jenjang lehernya. Mahkota kepalanya hitam pekat tergerai lentur hingga dibawah pinggang. Aku terjaga ketika perempuan yang tak aku kenal itu membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu. Aku melihat gigi dan lidahnya bukan seperti yang dimiliki manusia normal. Aku kaget dan berteriak. Pada saat yang sama Laura telah masuk ke dalam kamarku. Ugh.....aku sukar bernafas, sesak. Tubuhku lemas.

“ Ada apa mas..?” tanyanya heran.
“ Nggak tahu mimpi aku nih. Laura, bantu aku bangkit,” ujarku sambil mengangkat ujung tanganku. Laura mengusap-usap kepalaku sebelum dia menolongku bangkit dari tempat tidur.
“ Mas, terlalu letih.”
“ Letih? Aku nggak ngapai-ngapain kok? “

“ Mas, belum sadar nih. Tadi malam, selain mabuk, marah-marah dan ngamuk kayak banteng mabuk.” ujarnya geli mengingatkan kejadian tadi malam. “ Mas, masih mampu berangkat ke Bandung.?” tanyanya
“ Mau tak mau Laura! Ini tugas. Bagaimanapun aku harus respek kepada pak Adrian yang memberiku kepercayaan. Ada beberapa orang staf senior termasuk kamu, tetapi beliau memilihku. Bagiku, ini bentuk penghargaan. Nggak tahu ada apa dibalik semuanya ini...” ujarku sambil ketawa.

" Tidak usah berpikir aneh-aneh mas. Meski ada teri dalam tahu, nimkati saja. Tak perlu bertanya kepada pembuat tahu itu, kenapa ada teri didalamnya," balasnya serius.
" Lha..ngga wajar dong teri dalam tahu, pie toh mbak."
" Buang saja, kalau mas nggak suka.!"
" Bah! Kenapa kita jadi serius! Hanya karena teri dalam tahu. Bagaimana kalau ikan paus di dalam tahu..?"

" Itu sih tahu ajaib," balasnya sembari mencubit lambungku. Sementara aku dikamar mandi, Laura telah mempersiapkan serapan pagi. “ Silahkan tuan, serapan telah tersaji. Hati-hati, ikan paus ada dalam tahu, ” guraunya setelah aku siap berpakaian.

***

Didalam mobil saat Laura mengantar ke stasion, aku mentipkan uang kaget yang diberikan Rizal berikut salam tempel dari Susan. “ Kenapa titip ke aku?” tanyanya heran.
“ Karena kamu sahabat yang aku percaya. Kalau disimpan di bank, usianya tak akan lama karena dapat kuambil setiap saat dan kuhabiskan di meja judi dan night club. ”
“ Kenapa nggak kirim ke mbak Magda.?”
“ Terlalu jauh. Siapa tahu ada kebutuhan mendesak, sewaktu-waktu aku dapat memperolehnya. Tetapi nggak apa-apalah, kalau Laura keberatan,” ujarku sambil mengantongi envelope itu kembali. " Aku kira Laura masih sahabatku berbagai rasa. Aku lupa kalau diantara kita sudah ada sekat pemisah."

“ Kenapa sih belakangan ini, mas gampang marah, ngambek dan...”
“ ......jatuh hati, ”potongku sebelum menyudahi ucapannya diirngi tawa.
Ya..iya. Jatuh hati hati atau jatuh cinta..!? godanya.
“ Apa bedanya..?” tanyaku.
“ Seseorang jatuh hati mungkin karena kasihan melihat penderitaaan orang lain, seperti aku. Tetapi jatuh hati karena kasihan belum tentu jatuh cinta. Jatuh cinta sudah pasti karena jatuh hati.”

“ Rumit amat sih!? Iyalah....untukmu Laura, kedua-duanya. Hanya saja...”
“ Mbak Magda sedang menunggu,” selahnya.
“ Antara ya dan tidak. Aku ragu juga sejak kejadian kemarin malam.”
" Mas harus mengerti perasaan perempuan. Apalalagi mas dan mbak itu sudah bergaul bertahun-tahun. Rasa cemburu mbak membuktikan kasih sayangnya pada mas."

" Tetapi dia keterlaluan. Iya sudahlah, biarkan dia menikmati kecemburuannya. Laura! Aku belum pernah ke Bandung. Bagaimana kalau Laura ikut menemaniku.? Kamu kan dekat kepada Adrian, minta ijinlah untuk ikut bersamaku, ntar uang jalanku kita bagi dua." Laura langsung menanggapi serius; " Nantilah aku coba minta ijin. Tetapi kalau aku diberi kesempatan, aku datang besok pagi." Mas, hati-hati dengan mereka, jangan terpancing," lanjutnya mengingatkan.

" Mereka ? Maksudmu siapa.?"
" Kepala Cabang dan bagian keuangannya. Mereka senang kalau yang audit itu lelaki."
" Apa bedanya lelaki dengan perempuan," tanyaku heran.
" Mas, nanti tahu sendiri. Itu sebabnya pak Adrian minta mas bertugas kesana. Yang lain sudah kena "polusi", "ujarnya tertawa.
" Hmm...berarti mereka pemain juga," ujarku sambil mengangguk-anggukan kepala.
" Mungkin mereka sama seperti mas," tawanya.
" Mas, jangan lupa telepon ibu ke Medan setelah tiba di penginapan." ( Bersambung)

Los Angeles. September 2009


Tan Zung

Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/