Wednesday, May 13, 2009

Telaga Senja (32)




http://www.youtube.com/watch?v=kJyJwbAa1i8

“Amazed”
Every time our eyes meet/This feeling inside me /Is almost more than I can take Baby when you touch me /I can feel how much you love me /And it just blows me away /Ive never been this close to anyone or anything /I can hear your thoughts /I can see your dreams


I dont know how you do what you do /Im so in love with you /It just keeps getting better /I wanna spend the rest of my life /With you by my side /Forever and ever Every little thing that you do /Baby Im amazed by you

The smell of your skin /The taste of your kiss /The way you whisper in the dark Your hair all around me /Baby you surround me /You touch every place in my heart /Oh it feels like the first time every time /I wanna spend the whole night in your eyes

I dont know how you do what you do /Im so in love with you /It just keeps getting better I wanna spend the rest of my life /With you by my side /Forever and ever /Every little thing that you do /Baby Im amazed by you

Every little thing that you do /Im so in love with you /It just keeps getting better /I wanna spend the rest of my life /With you by my side /Forever and ever /Every little thing that you do /Oh, every little thing that you do /Baby Im amazed by you.

===================
“ Bangggg....iya...iyalah..abang yang nyetir,” jawabnya buru-buru. “ Abang tersinggung.?” tanyanya ketika aku diam tak menjawabnya. (Bersambung)

===============

Aku menawarkan Rina duduk didepan bersamaku, setelah ”berdamai”dengan Magda, aku yang menyetir mobil. Rina menolak dengan santun, dia milih duduk dibelakang.Selama dalam perjalanan menuju rumah, aku tidak merasakan perubahan Magdalena baik wajah maupun tutur bicaranya. Namun aku dikagetkan dengan protesnya ketika aku dan dia duduk di teras, sementara Rina pergi kekamar tidur karena merasa kelelahan.
“ Zung, aku nggak habis mengerti. Abang tersinggung ketika menawarkan aku yang menyetir dan Rina duduk bersamaku. Bang, ketika aku mengalah demi memenuhi kerinduanmu, malah menawarkan kepada Rina.!?”

“ Magdalena! Aku hanya basa-basi. Aku yakin dia tak akan mau duduk didepan bersamaku,”
“ Aku mengerti. Tetapi ternyata abang belum dapat membaca utuh perasaanku. Bukankah abang menginginkan aku duduk bersamamu, karena besok mau kembali ke Jakarta.?”
“ Magda tersinggung? “
“ Zung, apakah pertanyaanmu aku harus jawab?”
“ Magda, maafkan aku, lupakanlah itu. Yakinlah, aku tak ada maksud lain. Magda, aku rindu kita menyeduh air bersama, mau ikut aku kedapur?” ajakku seraya menarik tangannya menuju dapur. Magda tak meronta.

“ Aku masak air, kamu persiapkan cangkir , gula dan kopi,” pintaku. Magda tak peduli dengan “perintah”ku. Dia mematung sambil menatapku.
“ Apakah aku harus panggil Rina untuk membantuku.?”
“ Terserah abang.!”
“ Nggak menyesal.?”
“ Nggak.!”
“ Rin, Rina! Kisini, bantuin aku.?” teriakku dari dapur. Magda menahanku ketika aku”berpura-pura” beranjak pergi menemui Rina.

“ Abang mau kemana?”
“ Mau jemput Rina kekamarnya.!?”
Ngapain.?”
“ Magda, aku haus.!”
“ Belum cukup diriku memuaskan “dahaga” mu.?”
“ Lebih dari cukup. Tetapi kenapa Magda membiarkan aku sendiri merangkai bunga dalam bingkai bisu.?”
“ Abang sendiri yang menginginkannya.!”

“ Magda! Ternyata kamu juga belum dapat memahami secara utuh apa yang tersimpan dalam sudut-sudut hati. Aku tak pernah mengharap daun itu gugur meski sinar mentari menerpanya, kini. Aku senantiasa menjaga dan merawatnya meski angin selatan hendak menggulungnya keatas deburan ombak, liar dan buas.”
“ Dan , daun itu sesungguhnya telah terbawa ombak ganas itu kan bang.!?”
“ Tetapi dengan segala daya yang masih tersisa, aku tetap bersamanya dalam deburan ombak liar nan ganas itu , mengharap kelak, akan berlabuh dimulut dermaga penantian akhir.”
“ Tetapi sepanjang mataku memandang, tak tampak bantaran dermaga kecuali gulungan ombak yang sangat menakutkanku.”

“ Lihatlah dengan indera lain.!”
“Aku sudah tak memilikinya bang.!”
“ Percayalah untuk kali terakhir, aku akan menghantarkanmu berlabuh di dermaga itu Magda.!”
“ Abang masih bermimpi.!?”

“ Tidak. Aku tidak bermimpi. Tidak ada seorangpun mampu menolaknya bila pemilik waktu itu akan berkata: "berlabulah.”
“ Aku juga masih ragu jika pemilik waktu itu masih ada diantara kita.”
“ Seluruh inderaku masih dapat merasakan dan membaca rangkaian titik serta garis berikut aneka warna itu menyatu dengan nuansa teduh.”

“ Abang terus menyimpan mimpi-mimpi."

” Aku tidak bermimpi, Magda.!" (Bersambung)

Los Angeles, May 2009
Tan Zung

Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/