Thursday, October 15, 2009

Telaga Senja (142)

=======================
“ Kapan pernikahan Maya?”
“ Hehh..! Pikirin kesehatan abang saja dulu. Kok pikirannya ngawur kemana-mana,” hentaknya.
“ Kamu cemburu iya?”
“ Ya!” jawabnya singkat sambil mencubit pipiku, geram.
=======================
CINTA kasih Magda semakin aku rasakan lewat ungkapan dan perbuatan. Pun tak merasa malu menujukkan rasa cemburu. Aku merasakan ceria dan bahagia yang tercurah dari mulut dan hatinya.
“ Zung menayakan aku cemburu? Kurang apalagi aku selama ini sabar mendengar petualanganmu, gonta ganti perempuan. Selama ini selalu menyalahkan bila aku marah. Abang selalu menuduhku pecemburu. Seandainya aku tidak mencintaimu dengan tulus, untuk apa aku cemburu.”

“ Ya, iyalah aku minta maaf. Tetapi sekarang Magda kok semakin galak?”
“ Abang tak dapat membedakan marah dan kasih. Kalau mau mengikuti perasaan, mendengar suara abangpun aku tak sudi apalagi melihat ...huhhh.”
“ Magda, kok marahnya semakin dalam! Mau menumpahkan semua amarahmu? Sayang, aku belum dapat melihat bentuk wajahmu dikala marah.”

“ Wajah marah, ketawa sama saja bang. Aku tetap saja Magda yang sering kamu siksa.” Tiba-tiba tangannya menutup mulutku sambil tertawa.
“ Apa yang lucu ?”
“ Aku mau meniru gaya abang marah. Tapi aku nggak sanggup,” ujarnya masih cekikian.
“ Magda! Kamu suka kalau aku collaps lagi?”
“ Iya, mau bang. Mumpung masih di rumahsakit, aku mau melihat abang dengan segala gaya. Senyum, ketawa, marah dan merintih.”

“ Setelah itu apa?”
“ Aku puas. Selama ini kan abang yang selalu ngerjain aku.”
“ Kamu berani ketika aku tak berdaya iya!?”
“ Ya yalah, mana berani aku kalau abang lagi sehat apalagi pada orang lain, diludahinlah aku.” ujarnya menirukan ucapakan sebelumnya.
“ Lho, Magda sudah berapa lama kerja di tukang fotocopy?”
“ Abang ngaco. Nggak pernah.”
“ Tadi Magda meniru persis ucapakanku. Ingat?”
***
“ Zung, aku semakin yakin abang akan segera keluar dari ruangan ini. Aku melihat semangat abang luarbiasa!”
“ Iya aku juga semangat karena Magda datang melihatku. Magda juga setuju mau aku nikahi. Lengkaplah sudah hidup ini mam.” Lagi-lagi Magda menutup mulutku jika memanggilnya “mam”
“ Belum bang. Belum sekarang, nanti ada waktunya.”
“ Dulu kita sering panggil ...”
“ Itu dulu bang. Tetapi sekarang jangan dulu.” potongnya.
“ Kamu trauma?”
“Ya. Aku masih trauma. “

“Magda, sudah puas melampiaskan rasa kesalmu selama ini?”
“ Belum. Masih boleh nambah bang?” tanya masih ketawa.
“ Masih, tetapi yang enak didengar.”
“ Sama saja boong bang. Teman-teman kita bilang, kecuali Mawar, aku ini perempuan bodoh. Sudah dikhianati masih mau menunggu seperti mengharap burung lepas di angkasa kembali ke sangkar.”
“Kenyataanya kan sudah kembali!?”
“Kembali setelah abang terkapar. Padahal begitu banyak antri lelaki menunggu jawabanku. Entah kenapa aku tak bergairah. Antriannya panjang bang, dari rumah hingga ke Kp. Keling!" ujarnya ngakak”

“ Iya, aku dengar juga itu. Orangtua Hary teman kita waktu es-em-a, dulu, datang meminangmu kerumah.”
" Aku heran bang. Kok mereka langsung ke orangtua. Yang mau mau menikah orangtua atau anaknya? Hary sendiripun nggak pernah datang kerumah menemuiku. Pengecut. Berani lewat orangtua. Didalam hatiku, mungkin itulah kelebihanmu bang. Nggak pernah ada rasa takut. Pintar merayu, suka ngerjain aku. Sering aku disiksa tetapi selalu dibelai, tetapi cemburumu itu keterlaluan..huh...abang jelek."
" Aku juga dengar, Roni "sibolis" bekas anak III IPA 2, baru-baru ini mau mendekatimu iya?. Tetapi akhirnya dia mundur teratur setelah mengetahui kita masih punya hubungan. Dia takut dihajar seperti si Bistok, dulu."

“ Kok abang tahu semuanya?”
“ Tahu dari seseorang teman yang ku bayar jadi intel. Yang pasti Magda nggak kenal orangnya.”
“ Abang nakal amat sih? Pakai intel segala?”
“ Karena aku sangat mencintaimu.”
“ Kalau tadinya aku mau pada Hary atau Rony atau siapa saja ?”
“ Petama yang akan aku lakukan adalah, Magda akan kutembak mati kemudian calon suamimu. Aku siap masuk penjara, bahkan siap menerima hukuman mati, demi cintaku.”
“ Lha! Dulu bilang, silahkan pergi dengan lelaki lain."
" Bisa-bisakunya itu."
" Abang nggak fair. Abang boleh gonta ganti pacar, tetapi aku..”
“ Bagiku, nggak ada istilah fair dalam bercinta. Egois, iya.”

“ Lho! Abang maunya menang sendiri.”
“ Ya, iyalah. Manalah mungkin pemenangnya dua orang? Iya nggaklah? Dan, itu telah aku buktikan sampai sekarang, akulah pemenangnya, sendiri!. Ngga ada pemenang bersama, emang PSSI.”
“ Memang abang sejak dari dulu jugul (keras hati,pen)”
“ Hanya itu modalku mempertahankan mu. Dan aku tahu itu, kamu suka.”
“ Iya bang. Aku heran, meski abang sangat nakal, entah kenapa aku seperti orang gila kalau nggak ketemu atau ngomong dalam sehari dengan abang. Mami juga bingung, tetapi nggak berani bicara langsung ke aku. Mami hanya mengeluh kepada tante Mem yang di Bandung.”
“ Apa keluhan mami?”
“ Tante bilang: ” Mami nggak habis pikir. Kenapa aku seperti orang gila gara-gara Tan Zung. Padahal sudah banyak orang mau mendekatiku, tetapi aku tolak.”
“ Tindakanmu sangat tepat dan terpuji. Kita belum cerai resmi, koq sudah dijodoh-jodohin kepada orang lain?”
" Terpuji maho" sergahnya. “ Abang pura-pura lupa. Bukankah gara-gara Albert duduk disampingku, abang langsung “ menceraikanku”? Padahal kita sudah berhubungan selama lima tahun.
“ Magda, boleh aku minta? Jangan sebutkan nama itu lagi.!?
“ Duh..Zung. Menyebut namapun aku nggak boleh. Padahal, puluhan perempuan telah abang gauli; ya, perempuan malam, perempuan penjudi dan teman sekantor. Aku diam dan tetap sabar.”

“ Tadi aku baru bilang, cintaku egois. Meski aku jauh mengembara, tetapi hatiku tak pernah bergeser darimu.”
“ Abang kayak artis kebanyakan. Sebentar ceria, berjanji setia, menangis kemudian selingkuh. Semua keberpurapuraan.” balasnya terkekeh.
***
Perawat meminta Magda keluar dari kamar: “Mbak. boleh keluar sebentar? Aku mau melap tubuh mas Tan Zung.”
“ Biar aku yang bersihkan mbak,” ujar Magda.
“ Magda! Emang kamu bisa?” tanyaku setelah perawat keluar dari ruangan.
“ Tadi sudah kubilang, abang selalu berpura-pura. Abang lupa , dulu, ketika mabuk di ruang ”perpustakaan” aku mebersihkan tubuhmu, bahkan muntah abangpun aku bersihkan. Huh...kalau aku ingat itu, aku sangat marah terhadap diriku sendiri. Entah apalagi yang kuharap dari seorang pemabuk dan “don juan”( sama dan sebangun dengan play boy, pen -:)
“ Ada Magda. Cinta!” ( Bersambung)

Los Angeles. October 2009


Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/