Saturday, October 10, 2009

Telaga Senja (139)

http://www.youtube.com/watch?v=VTxnqUhhlIY

Because You Love Me/For all those times you stood by me /For all the truth that you made me see /For all the joy you brought to my life /For all the wrong that you made right

For every dream you made come true /For all the love I found in you /I'll be forever thankful baby /You're the one who held me up /Never let me fall /You're the one who saw me through through it all

You were my strength when I was weak /You were my voice when I couldn't speak /You were my eyes when I couldn't see /You saw the best there was in me /Lifted me up when I couldn't reach /You gave me faith 'coz you believed /I'm everything I am /Because you loved me

You gave me wings and made me fly /You touched my hand I could touch the sky /I lost my faith, you gave it back to me /You said no star was out of reach /You stood by me and I stood tall /I had your love I had it all /I'm grateful for each day you gave me /Maybe I don't know that much /But I know this much is true /I was blessed because I was loved by you

*)
You were my strength when I was weak /You were my voice when I couldn't speak /You were my eyes when I couldn't see /You saw the best there was in me /Lifted me up when I couldn't/reach /You gave me faith 'coz you believed /I'm everything I am /Because you loved me

You were always there for me /The tender wind that carried me /A light in the dark shining your love into my life /You've been my inspiration /Through the lies you were the truth /My world is a better place because of you

Back. *)

========================
Sesaat ibu berpindah dari disampingku, tiba-tiba detak jantung berpacu kencang ketika sebuah kecupan menyentuh diujung bibirku. Derai airmata dibiarkannya tertumpah membasahi wajahku, lantas wajahnya ditempelkan diatas pipiku. Tangannya mengelus rambutku seraya berucap lirih ditelingaku,” Bang,,,masih ingat aku? Masih kenal suaraku?”
==========================

Tak sediktpun terlintas dalam pikiran, Magda akan datang dari Medan bezoek ke rumahsakit. Dera siksa terasa berlipat ganda. Tubuh diganjar celaka, kedua mataku tak dapat melihat wajah Magda dengan sempurna. Namun, sepertinya kehadiran Magda mengangkat seluruh derita yang mendera. Semangat hidupku pulih. Seandainya kelopak mataku tidak tertutup luka, dia akan melihat airmata sukacitaku. Magda mengulang pertanyaannya:” Zung masih kenal suaraku kan? Dia mengeluskan telapak tanganku ke wajahnya; ” Masih seperti yang dulu kan bang?" lalu mencium telapak tanganku, lembut dan berulang.

“ Ya. Aku mengenal setelah merasakan hangatnya airmata serta kecupanmu.” ucapku pelan.
“ Abang sudah lupa dengan suaraku? Padahal baru minggu lalu aku telepon abang.”
“ Iya. Suaramu agak beda. Seingatku dulu jenis suaramu sopran. Sekarang alto, kenapa? “ gurauku. “ Sepertinya berubah karena menangis ?”
“ Ya bang. Waktu adik Lam Hot telepon, beritahukan, abang dan Laura tabrakan dan tidak sadarkan diri. Semalaman aku dan Rina menangis. “

“ Apa yang terlintas dalam pikranmu saat menerima khabar itu?”
Magda tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dia membaringkan kepalanya disisi wajahku. Dengan nafas tersendat dia berucap lirih: “ Aku pikir kita sudah nggak ketemu lagi.”
“ Itu saja? Kamu tidak marah ketika mendengar nama Laura.?”
“ Ah....nggak tahulah bang. Aku hanya menangis. Dalam hatiku, lebih lima tahun aku bersahabat denganmu, tetapi akhirnya abang pergi untuk selamanya bersama Laura,” desah suaranya ditelingaku. “ Selama seminggu ini, abang nggak pernah telepon aku. Kenapa bang?”

“ Aku tugas luar kota.”
“ Bersama dengan Laura iya bang”
“ Bagaimana Magda tahu.?”
“ Bang, aku hanya nanya? Selain liburan pergi bareng, tugas luarkota juga sama, bahkan mengalami kecelakaan juga sama!?”
Mulutku tak mampu menjelaskan kebersamaanku dengan Laura ke Bandung. Dadaku tiba-tiba sesak, seperti ketimpa beban maha berat. “ Magda, dadaku sesak! Tolong ambilkan air minum.”
“ Abang kenapa? Tunggu aku panggilkan perawat.” ujarnya gusar.

Aku merasakan kesibukan para medis setelah Magda membertahukan keluhanku. “ Nggak apa-apa. Dia hanya butuh istrahat,” jelasnya kepada ibu dan Magda yang sedang gusar. “ Zung! Ketemu pacar kok malah sesak? “ gurau dokter usai memeriksa kesehatanku. Aku tak dapat melihat reaksi Magda atas gurauan dokter, kecuali membayangkan wajahnya tersipu malu.

Ibu menyuruh Magda pulang kerumah bersama dengan adik Lam Hot. “ Sejak kemarin kamu belum istrahat, pulanglah duluan. Biar mamatua yang jaga,” ujar ibuku.
Aku tak mengijinkan Magda pulang. “ Biar Magda tinggal disini. Ibu dan Lam Hot pulang duluan.”
“ Magda masih lelah nak. Kemarin, pulang dari kantor, cariin tiket, jemput antar ibu kerumah inangudamu.”
“ Nggak usah khawatir bu, tenaganya sudah pulih setelah ketemu dengan aku.”

“ Iya, tapi nanti abang kurang istrahat.” celutuk Lam Hot.
“ Diam kamu Hot. Yang sakit aku apa kamu?”
Ibu ketawa mendengar “pertengarkaranku” dengan Lam Hot. “ Kapan kalian bisa akur? Sejak dari kecil ribut terus.”
“ Mamatua, siapa diantaranya yang paling nakal ?” tanya Magda
“ Iya sudah pasti abanglah! Nyuruhpun sesukanya.” sahut Lam Hot disambut tawa Magda dan Ibu.

Sepeninggal Lam Hot dan ibu, Magda menyuap kwetiau yang sengaja dibawanya dari Medan.
“ Magda juga makan!”
“ Ya. aku juga makan, abang nggak ngelihat.”
“ Bagaimana khabar mami dan adik Jonathan?
“ Mami sehat. Mereka kirim salam.”

“ Bang! Boleh aku tanya?” tanyanya setelah makanan yang dibawanya kulahap tuntas.
“ Tanya tentang apa? Tentang rencana pernikahan kita?”
“ Bukan....tetapi..." Magda diam tak meneruskan ucapannya.
" Tetapi..? Tetapi apa? Ayo Magda..kenapa diam?"
" Bagaimana dengan Laura?”
“ Maksudmu ?”
“ Bukankah selama ini abang dan Laura selalu sama?”
“ Lalu?”
“ Justru itu yang aku mau tahu. Bang, jujur, aku mendukung abang kalau memang itu pilihanmu. Dulu kita sudah sepakat tidak saling menyakiti!?”

“ Kamu merasa disakiti karena aku berteman dengan Laura.?”
“ Entahlah Zung! Justru aku menjaga jangan sampai abang merasa disakiti karena kehadiranku.
“ Iya. Pertanyaan dan pernyataanmu telah menyakitiku.”
“ Kenapa? Apa yang salah?”
“ Magdalena, kenapa kamu datang kalau menambah siksa ?”
“ Bang! Aku datang karena masih menyayangimu. Aku juga kasihan dengan mamatua. Dia terus menangisimu setelah mendengar abang mengalami kecelakaan. Untung kepala bagian memberi aku ijin cuti membawanya kesini.”
“ Katakan sejujurnya! Kamu datang karena kasihan kepada ibuku atau ..”
“ ...karena aku masih menyayangi abang!” jawabnya sebelum aku mengakhiri pertanyaanku.

“ Magda! Aku merasakan perubahan dirimu begitu tiba-tiba, setelah melihat kujur tubuhku seperti ini. Laksana, ombak maha besar menggulungku dan menghempaskanku ke tepi berbatuan, hingga aku terkulai tak berdaya. Dengan berbagai dalih, Magda membiarkanku sendiri meratap siksa yang tak pernah aku duga. Kini aku sadar, aku bukan lagi Tan Zung yang kamu kenal selama ini.

Magda, tubuhku tidak sesempurna yang kamu kenal sebelumnya. Mungkin pangkal lenganku akan cacad seumur hidup. Mataku kini rabun bahkan mungkin akan mengalami kebutaan untuk selamanya. Iyalah...Magda, aku telah siap, seandainya saat ini juga meninggalkanku. Terimakasih kamu telah datang bezoek. Masihkah Magda rela memberi ku ciuman terakhir, penyejuk rongga dada sebelum meninggalkanku. Magda! Masih bolehkan aku titip salam kepada mamimu, inangudaku, dan adik Jonathan.” ucapku terbata. ( Bersambung)

Los Angeles. October 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/