Tuesday, September 15, 2009

Telaga Senja (123)

Simply Red : If You Don’t Know Me By Now
If you don’t know me by now/You will never never never know me

All the things/That we’ve been through/You should understand me /Like I understand you/ Now girl I know the difference/Between right and wrong/ I ain’t gonna do nothing/To break up our happy home

Don’t get so excited/When I come home/A little late at night/Cos we only act like children//When we argue fuss and fight

If you don’t know me by now/You will never never never know me 3X

We’ve all got our/Own funny moods/I’ve got mine,/Woman you’ve got yours too/
Just trust in me /like I trust in you/As long as we’ve been together/It should be so easy to do

Just get yourself together/Or we might as well say goodbye/What good is a love affair When you can’t see eye to eye

If you don’t know me by now/You will never/Never never know me 3X

=======================
Apa yang terjadi tadi pagi, semuanya diluar sadarku. Kemudian mas menudingku cemburu? Iya , aku cemburu. Mungkin jalan terbaik untukku adalah, kembali ke tanah kelahiranku menangisi sebuah kehidupan yang tak punya makna.
========================

SENANDUNG pilu yang baru saja Laura dendangkan dalam ratapan bagai sembilu menyayat kalbu. Kebersamaan kami keseharian di kantor salah satu penyebab kenapa jalinan asmara yang telah kami akhiri itu terus "menyala". Walau aku tak akan menduakan Magda, tetapi tak akan membiarkan Laura meratapi kasih yang terajut tak sengaja itu. Aku mencium aroma keputusasaan sebagaimana Magda alami ketika aku mengkhiri hubungan kami, dulu.

" Mas, jangan berprasangka buruk walau aku mengajak istrahat dikamar ini. Aku merasa menyesal telah menggangu istrahatmu dengan perempuan itu. Tetapi, kalau mas merasa keberatan, silahkan bersama dengan perempuan itu lagi. Sampai kita ketemu nanti," ujarnya, lantas kembali merebah diatas tempat tidur. Pagi itu, aku tak ingin menambah siksa batinnya.
" Laura, aku tak menolak istrahat dikamar ini. Kenapa kamu mengusirku.?"

" Mas, aku tak mengusir, hanya mengajukan dua pilihan. Mau istrahat disini atau bersama dengan perempuan itu.?"
" Laura, aku mau ke kamar mengambil berkas-berkas, tetapi aku takut kalau perempuan itu masih disana."
" Halah...mas, bilang saja mau ditemanin," ujarnya seraya bangun dari tempat tidurnya.
" Salah satu kelebihanmu Laura, cepat memahami yang tersembunyi."
" Lho, kan mas julukin aku nenek sihir?" gelaknya. " Ayolah mas, ntar merajuk lagi," lanjutnya. Lengan Laura terus menempel pada lenganku hingga ke depan kamar. "Sini kuncinya mas, aku yang bukain," pintanya.

Kami menemukan Ririn masih dikamar tetapi sedang berkemas mau keluar. Dia menyambut kami dengan ramah seraya menguluran tangan dan menyebut namanya pada Laura. Laura menyambut ramah. Aku mendahului Laura sebelum memperkenalkan dirinya. " Kenalkan Laura, teman sekantor dan calon isteri," ujarku seraya melingkarkan tanganku pada pinggangnya.

" Oh...ini toh calon isterinya. Ya mbak, tadi malam mas Tan Zung cerita, katanya, nggak lama lagi mau nikah.? Selamat iya untuk kalian berdua.!" sambutnya. Sejenak Laura agak kikuk menerima ucapan selamat Ririn. Namun dia segera menutupinya dengan membalas ucapan Ririn seraya sedikit meembungkukan badanya berucap," Oh....iya doakan mbak."

" Jadi pulang hari ini,?" tanya Ririn.
" Nggak jadi. Aku dan calon nyonya mau jalan dulu. Tolong sampaikan pada Tia, sebentar setelah makan siang kami mau kekantor menyerahkan berkas-berkas itu."
Laura buru-buru menutupkan pintu kamar setelah Ririn keluar dan berbalik kearahku. Laura berdiri tegak dengan bertolak pinggang protes: " Apa-apaan sih mas? Ngaku-ngaku aku calon isteri.!"

" Aku khawatir dia marah. Dikirain pula kamu perempuan seperti dia."
" Mbok bilangin dulu sebelumnya. Aku kan kaget. Ntar benar-benar kejadian lho."
" Kalau jodoh apa salahnya.! Tadi Laura kan bilang pada Ririn," doakan mbak.!?"
" Maksudku, doakan nggak jadi." tawanya.

Setelah serapan, aku dan Laura menyelesaikan berkas-berkas yang tertunda karena "gangguan" Tia dan Ririn. Menjelang akhir penyelesaian aku meminta Laura membuat laporan akhir ke kantor pusat, sesuai dengan hasil pemeriksaan. " Laura, tolong selesaikan, aku mau istrahat. Gara-gara kamu dan Ririn aku kurang tidur," pintaku.
Laura menolak sambil merengek, manja: " Mas, aku juga capek. Sudah setir sendirian, tiba, pakai dibentak-bentak lagi. Aku mau tidur juga ah..."

" Laura datang mau ngapain? Aku suruh kamu datang mau bantuin aku, bukan.!?"
"Ya...iya ....aku bantuin mas, tetapi temanin aku ngobrol. Mas duduk saja, biar aku yang beresin," rengeknya. Laura akhirnya mengalah , diam, setelah melihatku meringkuk dalam bungkusan selimut.

Aku terbangun setelah kurang lebih dua jam menikmati tidur tanpa gangguan. Laura juga tak dapat menahan kantuknya. Dia tertidur diatas kursi, tak tahu berapa lama dia sudah tergeletak disana. Berkas-berkas menjadi alas kepalanya diatas meja. Laura tidak bergerak sedikitpun, seakan tidak mendengarku, walau telah berulang kubangunkan dengan menggerakkan tubuhnya agar pindah ke tempat tidur. Dia hanya membuka kelopak matanya, melirikku kemudian memejamkannya. Pagi hening dalam bening, aku mencium aroma kasih auranya. Naluriku bergeliat kala Laura membuka kelopak matanya seraya berujar lirih; " Terimakasih mas, aku tidur disini saja."

Laura mengangkat kepalanya menempel pada lenganku ketika aku menggeser kursinya pelan. Dengan tenagaku yang kembali pulih, mengangkat tubuhnya kedalam pelukanku. Sesaat kemudian tangannya melingkar diseputar leherku. Dia menggelengkan kepalanya ketika aku merebahkannya ke atas tempat tidur.

" Laura aku capek." bisikku disisi telinganya. Dia bergeming. Tangan Laura terus melingkar di leherku, kepalanya terus menempel diatas dadaku. Laura merespon ketika aku menempelkan pipiku diatas pipinya. Meski matanya masih tertutup, tangannya menahan kepalaku agar tetap menempel pada pipinya.
" Laura, aku kecapekan setelah tadi malam telah melayani dua perempuan," bisikku. Laura tak dapat menahan gelaknya. Pelan, dia sorongkan kepalaku dari pipinya. Aku kehilangan kesemibangan, kami terjerembab ke atas tempat tidur diiringi duet gelak. ( Bersambung)

Los Angeles. September 2009


Tan Zung

Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/