Thursday, April 30, 2009

Telaga Senja (23)




http://www.youtube.com/watch?v=aWyeVfuolT4

Baby I don’t understand /Why we can’t just hold on /To each other’s hands
This time might be the last /I fear unless I make it all too clear /I need you so

Take these broken wings /And learn to fly again /And learn to live so free /And when we hear the voices sing /The book of love will open up /And let us in

Baby I think tonight /We can take what was wrong /And make it right
I need you so /Baby it’s all I know /That you’re half of the flesh
And blood makes me whole /I need you so

==============
Keluarga Wiro semakin sumringah menyaksikan adegan kami saling berbisik, tampak mesra. Mereka nggak tahu isi pembicaraan kami mau saling menerkam
==============
Setelah selesai makan, sedikit berbasa-basi, Rina permisi kepada keluarga Wiro. “Om, kami mau keluar sebentar,“ ucapnya. Rina menggandeng tanganku keluar rumah, amat mesra. Rina memang pemain ulung. Dalam sekejap setelah di serambi rumah, wajahnya garang bagaikan singa betina lapar. Dia menghentakku dengan suara hampir berteriak.
“ Dasar Batak! Kenapa sih muka elu cembrut melulu.?"
“ Hei Jawa penipu! Kapan aku menyemaimu hah? Memang orang bisa hamil hanya dengan ciuman? Dasar serigala!”

“ Hei Batak! Gue hanya menyelamatkan muka kau, tahu!? Gue nggak mau ribut dengan setan-setan dirumah om itu, geblek!” balasnya sengit.
“ Rina, apa maksud kau?”
Heh, gue sudah berapa kali ingatkan, jangan panggil “kau” kepada perempuan!” entaknya.
Lanteung kau! Kau telah menjeratku, serigala!”
“ Mas, tenanglah,” suaranya agak reda karena aku ngotot.
“ Tenang kata kau, besok aku harus kawin sama kau hah? Enak benar kau!?”
“ Mas Lanteung, eh...apa sih artinya lanteung?.
“ Sayang!” jawabku kesal

“ Mas lanteung. Gue menjawab om, supaya kita aman dari tangan-tangan setan itu.”
“Amanlah kau, karena aku harus mengawini kau, begu !”
“ Mas lateung, kok namaku berubah terus Ya lanteung, serigala lah, begu lah. Apa sih arti begu itu. ?”
Heh..Rin! Itu tak perlu. Nggak usah bertele-tele kau. Sekarang aku baru tahu kebusukanmu, tahu.!?”
“ Mas lanteung, gue tak ada niat kawin dengan kamu. Aku sudah bilang, gue mengiyakan supaya urusan dengan setan-setan itu tak berlarut-larut. Nanti, pukul 3:00 dini hari jemput gue di ujung jalan itu. Mau nggak.?"
“ Bah! aku jemput kau, lalu mau kemana lah kau?”

“ Dasar, keras kepala! Gue bilang, jangan panggil” kau” sama perempuan!”
“ Jadi maksudmu aku panggil mama? Karena kamu panggil aku papa.? Tak usah iya!”
“ Nggak usah pangil mama, panggil saja nama asliku, jangan panngil lanteung, serigala atau begu.”
“ Jadi bagaimana lanjutan sandiwaramu.?”
“ Antarkan aku ke rumah ibu, tempat kosmu dulu. Tadi kan kita sudah bicara dengan ibu itu. Mas, lebih baik gue tinggal disana daripada tinggal dirumah sarang penyamun ini. Tolonglah mas. Gue tunggu nanti, jangan lupa bawa kunci kamarnya.”
“ Maksudmu, kita satu kamar padahal belum menikah. Gatal amat sih kamu.!”

“ Kok mas bringas amat sih. Gue tak bilang kita satu kamar. Gue hanya minta tolong, bantu aku keluar dari rumah ini. Sudahlah mas! Gue mengira mas mau menolongku. Datang jauh-jauh dari Jakarta, ternyata malah ikut menghinaku.” ujarnya meninggalkanku.

“ Rin, iya aku mau menolongmu, tetapi tidak dengan jebakan seperti ini, mengawinimu...” ujarku, lalu menarik lengannya.
“ Tutup mulutmu. Gue tak ada niat kawin denganmu. Mas egois, tak pernah mau mengerti. Sudah, sekarang tinggalkan aku,” teriaknya tertahan. Bibirnya gemetar menahan amarahnya.
“Rin, maaf. Aku sungguh tidak mengerti apa dibalik sandiwaramu: “ Aku harus menikahimu?”
“ Bebal.! Gue tak sudi menikah dengan manusia bebal. Tadi gue bilang, ingin menyelamatkan mukamu dari manusia setan itu, tahu!?” teriaknya.

Isteri Wiro menemui kami diteras belakang setelah mendengar aku dan Rina saling bantah.
“ Ada apa ? Mengapa kalian ribut!?”
“ Nggak tan, kami nggak ribut. Memang suara papa Tan Zung seperti itu kalau bicara serius,” jawab Rina.
“ Bah! Siapa pula papa mu,?” tanyaku kesal setelah tante Wiro meninggalkan kami.

“ Mas pulanglah dan jangan datang lagi. Gue besok mau pindah.”
“ Rina mau pindah kemana.!?”
“ Itu bukan urusan elu. Terserah gue mau kemana.”
“ Rina? Jadi pernikahan kita besok lusa batal.?”
“ Pernikahan siapa mas lanteung?”
“ Kita!”
“ Nikahlah kau dengan oom Wiro itu. Gue ogah.”
“ Jadi kita nggak jadi nikah?”

“ Maksudlu gue mau nikah dengan orang bebal seperti elu ? Ogah mas.!”
“ Iya bilanglah kepada om Wiro, nggak jadi!”
Begu...eh..Bego!. Elu sendiri saja yang bicara. Gue ogah.!”
Lha, kan bukan aku yang batalin!?
“ Jadi elu serius mau menikahi gue.? Kalau mas serius, jemput gue kesini pukul 03:00 dinihari. Jangan lupa bawa kunci kamar untuk gue. Ingat, bukan untuk kita, faham..?”(Bersambung)
Los Angeles. April 2009

Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment