Monday, January 18, 2010

Telaga Senja (209)

=========================
Juru potert profesional yang sejak tadi menunggu, memintaku dan Magda duduk di kursi yang telah disapkan, kemudian mengatur posisi kami keseluruhan. Jonatahn berdiri dibelakang kami pada posisi tengah, disisi kiri dan kanan, Mawar dan Rina. Susan dan Hendra duduk disamping kami berdua.
==========================

SEUSAI pengabadian dalam bentuk pose bersama, Susan kembali super aktif mempersiapkan makan siang, sekaligus memberangkatkan Hendra ke kantor. Susan masih libur hingga esok lusa. Siang berlangsung meriah dan khidmat. Disudut ruangan Jonathan dan Magda tampak berbicara serius. Aku sengaja tak mau mencampuri pembicaraan mereka. Aku, Mawar dan Rina duduk pada satu meja.

Rina bercerita banyak reaksi keluarga Magda perihal pelarianku dan Magda, berikut dengan skenario penculikan Magda. Mawar menambahkan, bahwa dia telah mendengar laporan amanguda ( pak le/paman ) yang tinggal di Siantar dan om Robert ke pihak kepolisian. Mawar menuturkan, papinya yang bertugas di kantor kepolisian telah mendapat laporan bahwa abang Tan Zung menculik Magdalena. Menurut Mawar, papinya menyarankan agar abang Tan Zung segera mendaftarkan ke catatan sipil untuk menghindari tuduhan penculikan. “ Besok abang pergi ke kantor catatan sipil. Kalian dapat melakukannya tanpa dihadiri keluagra, karena usia telah memungkinkan sesuai dengan undang-undang,” urainya.

Magda dan Jontahan kembali bergabung dengan kami. Aku menuturkan usulan Mawar ke Magda rencana ke catatan sipil, setelah makan siang. Magda menanggapi serius didukung Jonathan, Rina, Susan dan Hendra.
“ Kak Susan minta tolong kami diantarkan ke kantor catatan sipil, sekalian kakak menjadi waliku,” pintanya semangat. Susan menyanggupi dan akan ditemani adik iparnya, Ron. Hendra segera nimbrung mendengar percakapan kami.“ Telepon aku kekantor setelah kalian sudah disana. Abang mau jadi saksi,” tukasnya.
***
Setelah makan siang, kami berangkat tanpa Jonathan, Mawar dan Rina. Aku tersentak ketika pihak petugas tidak bersedia melayani karena aku bukan warga Medan. “ Saudara bukan warga kota madya Medan,” ujar petugas ketika melihat kartu tnada penduduk Jakarta. Lumayan alot menghadapi petugas meski telah dijelaskan bahwa aku sedang mengurus pergantian tanda penduduk. Bahkan Susan telah memeberi jaminan dengan memberikan tanda pengenal sebagai dosen di perguruan tinggi. “ Saya siap memberi jaminan apapun yang bapak butuhkan,” ucapnya kepada petugas, namun petugas tetap menolak. Magda tampak seperti putus asa setelah upaya Susan tak berhasil.

Ditengah perasaan kesal dan hampir putus asa, Susan memberitahukan Hendra lewat telepon. Hendra tiba hanya dalam waktu sepuluh menit. Kantor Hendra yang tidak terlalu jauh dari kantor catatan spil. Dia langsung menemui kepala kantor. Kurang dari setengah jam , dia keluar dengan wajah cerah. Aman, pikirku. Petugas pencatat mempersiapkan seluruh acara dengan sigap setelah menghadap atasannya. Seluruh prosesi acara berlangsung dengan lancar. Seberkas surat, kini ada dalam peganganku. Aku dan Magda secara hukum resmi sebagai suami isteri.

Susan mengajak kami kembali ke kebun tanpa Jonathan, Rina dan Mawar, kecuali pembantu. Sejak urusan kami selesai di kantor catatan sipil hingga menjelang di kebun, Susan super excited. Dia memarkirkan mobil di pinggir sungai yang mengalir bening, dekat rumahnya. Dia menarik kami secara paksa masuk kesungai. Sebelumnya Susan telah mempreteli isi kantongku dan meletakkan di dalam mobil. Bertiga masuk kesungai ditonton sejumlah pasangan mata dipinggairan sungai. Susan dan Magda mengerubutiku, perlawanan tak seimbang. Magda dan Susan menghentikan aksinya setelah melihatku hampir kehabisan nafas menahan “siksaan” dengan cara membenamkan ke dalam sungai yang agak dalam. Susan meningalkan kami setelah Magda memberiku bantuan "pernafasan” mouth by mouth, hanya sebentar. Sementara kami duduk dipinggiran suangai, Susan menyuruh pembantu ke rumah untuk mengambil handuk untuk pelindung tubuh Susan dan Magda yang basah kuyup.
***
Senja menjelang malam, dengan perasaan berat Magda melepaskan keberangkatanku seperti telah diutarakan kemarin dulu, aku akan menemui keluarga amangtua, kakak ayah. Ayah mereka kaka adik, tinggal di Binjei. “ Abang perlu ditemani si Ron? “ tanya Susan seraya menyerahkan kunci mobil. “ Pap....jangan mampir dimana-mana,” sela Magda.
“ Iya nggak lah. Maya kan sudah punya suami.”
“ Bang, nggak lucu,” ketus Susan disambut tawa Magda. Magda mengantarkanku hingga ke ujung jalan tempat mobil terparkir. Bagai akan berpisah lama, dia mendekapku erat sebelum masuk ke mobil." Hati-hati di jalan pap. Kembalinya, lewat depan rumah iya pap," pintanya. (Bersambung)

Laughlin, Nevada. January , 2010

Tan Zung

"Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment