Saturday, May 9, 2009

Telaga Senja (29)





http://www.youtube.com/watch?v=PO5_BbM9qic

=============
Sementara kami asyik mengobrol, aku melihat mobil Magda memasuki gerbang menuju grasi. Mendadak jantung berdetaak kencang, namun kuusahkan bersikap normal dihadapan Rina.
=============

Aku memberanikan diri menemui Magdalena ke gerasi setelah melihat dia bersama dengan inanguda, maminya, yang selalu membelaku habis-habisan.
“ Magda, ada yang perlu dibantu?” tanyaku seraya menyongsongnya ke pintu mobil.
“ Bantuin apa? Angkat ini mobil,” jawabnya meninggalkanku tanpa ekspresi. Wajah inanguda masem dan geleng kepala mendengar jawaban ketus putrinya. Aku tak perduli dengan sikap Magda, karena yakin dia telah medengar penjelasan dari maminya perihal keberadaanku dan Rina.

“ Magda, sudah bisa aku bernafas sekarang?” tanyaku setelah aku melihat inanguda masuk rumah lewat pintu dapur.
“ Sejak kapan aku melarangmu bernafas.?”
“ Sejak kemarin malam.!”
“ Kok abang masih hidup?”

“ Aku mati suri.”
“ Mau dikubur.?” tanyanya seakan serius, dia menghentikan langkahnya.
“ Mau!. Tetapi jangan disiksa dulu seperti ini. Aku datang jauh-jauh karena aku sangat merindukanmu.”
“ Bukan karena Rina.?”
“ Iya itu kebetulan juga.”
“ Jadi abang masih marah,?” tanyanya. "Ayo bang kerumah biar aku siram dengan air dingin,” imbuhnya seraya meraih pergelangan tanganku. Tak dapat kugambarkan betapa senangnya hati mendengar jawabannya, ah...sepertinya ruh kembali memasuki tubuhku.

“ Kenalin Rina,” ujarku ketika tiba diteras. Magda menyambut uluran tangan Rina seraya menyebut namanya. Huh...hatiku lega melihat Magdalena memeluk dan mencium pipi kiri kanan Rina.
“ Rin kita kedalam, biar saja bang Tan Zung duduk sendirian diluar,” ujarnya tanpa menolehku.

Aku tahu dia sengaja angekin. “ Rina aku tinggal dulu iya,” ujarku.
“ Mas mau kemana, aku ikut,” ucap Rina serius.
“ Mau ke kampus ketemu Susan, sudah lama nggak ketemu dia,” jawabku.
Magdalena buru-buru melepaskan tangan Rina, “ Mas...eh..bang, merajuk iya ?” Rina ketawa melihat Magdalena berbalik ke teras menemuiku.

“ Bang, minta dicium juga iya?”
“ Ogah!” jawabku berlagak serius.
Oalah abangku ini tak berubah, menjeng,” ujarnya seraya mencium pipi kiri kanan. “Sudah?, mau lagi bang?” tanyanya.
“ Iya. Maulah.!”
Plaak, tangannya menampar pipiku. “ Itu tambahannya bang!” ujarnya meninggalkanku di teras.
Selang beberapa saat ketika aku masih duduk diteras sendirian, Magdalena berteriak dari ruang tamu: “ Bang nggak jadi kerumah ibu Susan.?”
“ Iya, sekarang mau berangkat.!”
“ Bang kesini dulu. Memang serius mau kesana ? Nanti malam saja, aku mau ikut,” ujar Magdalena ketika aku gabung dengan mereka.
“ Magda cemburu?”
Halah..abang mengkek. Iya aku cemburu, kenapa.?”
“ Nggak kenapa, cuma pingin tahu,” jawabku. disambut gelak Rina.

“Rin, mau ikut nanti malam ke rumah ibu Susan bekas dosen dan pacar abang Tan Zung.?”
“ Mau.! Pingin ketemu bu Susan. Tadi, mas Tan Zung sudah cerita sekilas,” ujarnya. Rina tak dapat menahan gelaknya melihat tingkahku dan Magdalena.
“ Tetapi Rin siap dicemberutin ibu itu. Nanti dianggapnya Rin pacar abang ini.?”
“ Emang masih berlanjut,?” tanya Rina
“ Masih. Merka sering telpon-telponan.” jawab Magda.
“ Iya.! Kami masih berlanjut. Sehari sebelum aku ke sini, ketemu dengan Susan di Jakarta,” celutukku.
“ Kok tadi mas nggak cerita.?” tanya Rina.
“ Rin, jangan langsung percaya kepada abang. Aku tahu dia hanya angekin aku. Kemarin dulu aku masih diajak tidur dirumah bu Susan, karena suaminya tugas keluar kota.”
“ Iya mas lanteung.?” tanya Rina.
Magdalena ketawa terbahak mendengar ucapan Rina”lanteung”. “ Rin kok tahu lanteung.
Uh...mbak, namaku terus digontaganti; lanteung, serigala dan begu.”
Heh..bang! Gimanasih kok sembarangan buat nama orang?” tanya Magda geli.
“ Kayaknya “begu” cocok nama lelaki iya mbak.” ujar Rina
“ Iya. untuk perempuan beguwati.” balasku ketawa.
“ Masih ada lagi simpanan abang itu, satu nama, sibagur tano.”
“Apa artinya mbak,?”
“ Nggak tahu. Tanya abang itu.!” (Bersambung)

Los Angeles, May 2009
Tan Zung
Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment