Thursday, December 3, 2009

Telaga Senja (176)

Endless Love - Lionel Richie and Diana Ross
My love, there's only you in my life/The only thing that's right/
My first love, you're every breath that I take/You're every step I make

And I, I want to share all my love with you/No one else will do/
And your eyes they tell me how much you care/Oh, yes you will always be my endless love

Two hearts, two hearts that beat as one/Our lives have just begun/Forever I'll hold you close in my arms/I can't resist your charms

And love I'll be a fool for you I'm sure/You know I don't mind'Cause you, you mean the world to me/Oh, I know I found in you my endless love

Oh,-And love/I'll be that fool for you/I'm sure you know I don't mind/And yes, you'll be the only one/'Cause no one can deny/This love I have inside/And I'll give it all to you./My love/My endless love

My love, there's only you in my life/The only thing that's right/My First Love, you're every breath I take//You're every step I make/And I, I want to share/All my love with you/No one else will do/And your eyes/Your eyes, your eyes/They tell me how much you care/Oh yes you will always be my endless love

[musical break]
Two Hearts, two hearts that beat as one/Our lives have just begun/Forever/Oooh Oooh/I'll hold you close in my arms/and love/Oooh love/I'll be a fool for you I'm sure/You kow I don't mind

Oh you know I don't mind/Cause you, you mean the world to me/Oh I know [I know]/I've found [found]/In you, my endless love
[musical break]
Oooh, oooh/Bum Bum, Bum Bum Bum Bum, Da Bum Bum Bum/Bum Bum, Da Bum Bum Ooh and Love / Oh love/I'll be that fool for you, I'm sure/You will know I don't mind
Oh you know I don't mind [honey I don't mind]/and yes, you'll be the only one /cause no one can deny this love I have inside/and I'll give it all to you / My love/My love, my love/My endless love

=========================
Maya melarangku datang. Menurutmu bagaimana baiknya?”
“ Terserah papa. Bagaimana kalau kita pergi bareng?”
“ Papa nggak tega lihat Maya. Dia semakin tersiksa bila melihatku bersama dengan Magda. Atau lebih baik tanyakan dulu Shinta, kenapa dia melarangku hadir pada pesta pernikahannya.”

=========================

MENJELANG malam aku dan Magda berangkat ke rumah Susan. ” Papa jadi menginap di rumah Susan?”
“ Kalau mama mengijinkan. Aku memang sudah kangen.....”
“ Kangen...? Maksud papa..?” potongnya
“ Mendengar kicauan burung pada pagi hari disekitar rumahnya Susan.”
“ Bukan mendengar kicauan malam Susan.?” tawanya.
" Kenapa sih mama selalu mencurigaiku.?"
" Karena mama masih mencintai papa."
" Apakah cinta selalu dilabur rasa cemburu?"

" Pap, cinta dan cemburu lahir dalam waktu bersamaan. Mencintai seseorang tanpa rasa cemburu, cintanya perlu dipertanyakan."
" Aku nggak tuh,!" ujarku, disambut tawa ngakak Magda, kemudian berujar:" Kaki papa jadi bukti kecemburuan luar biasa. Papa jadi korban kecelakaan, hanya karena mama duduk, secara terpaksa, dengan seseorang lelaki yang aku tak pernah cintai. Tetapi papa tega meninggalkanku sendiri di dera siksa batin. Bukankah papa juga membayar "intel" hanya untuk memata-mataiku, takut kalau ada lelaki lain akan mempersuntingku.?"
***
Susan dan Hendra suaminya menyongsong kami ke depan pintu rumahnya. “ Sudah matang persiapan pernikahan?. Kapan rencananya?” tanya Hendra seraya mengajak kami masuk ke dalam rumah.
“ Kalau tidak ada halangan , mungkin bulan depan setelah lewat Natal dan tahun baru,” jawabku disambut tawa renyah Magda.
“ Kamu serius Zung,?” tanya Susan.
“ Orangnya ada disini kok, sila ditanya langsung.”
“ Ya..Magda? Kalian sudah persiapkan matang,?”tanya Susan serius.

Magda tak menjawab, dia hanya tertawa sambil mengangguk-angguk. “ Magda, jawab dulu yang serius. Kebetulan aku dan Hendra bulan Januari akhir mau liburan ke Bali. Tanggal berapa kalian menikah? Biar kami sesuaikan tanggalnya.”
Magda hanya mrenjawab dengan senyuman. Lagi, dia mengangguk-anggukan kepalanya.
“ Tanggalnya belum kami pastikan, tapi sekitar akhir bulan Januari lah,” yakinku.
“ Pap, kita undur saja liburannya bulan Februari. Kita pergi bareng, sekalian mereka ber bulan madu,” ujar Susan pada Hendra, suaminya.

“ Kapan aku dapat tanggal yang pasti?” desak Susan.
“ Seminggu sebelum Natal.” jawabku seakan pasti. Magda tetap saja tersenyum mengikuti tanya jawabku dengan Susan. Memang, aku yakin Magda tidak akan mau menjawab apalagi menyebut tanggal yang pasti. Sebab aku belum pernah bicarakan dengan Magda, meski diam-diam aku telah mepersiapkan diri secara matang rencana pernikahan, kawin lari.

Aku punya firasat, keluarganya dan keluargaku tidak akan mengijinkan kami menikah dengan alasan hubungan kekerabatan dari pihak ibu. Namun aku sudah punya tekad, Magda harus menjadi permaisuriku, walau aku sadari jalan yang kami lalui di jalan berliku tajam. “ Show must go on ” Dari segi mental aku telah siap. Finansial? Uang yang aku bawa dari Jakarta masih utuh. Rencana, besok akan aku deposit. Dengan uang sejumlah itu, lebih dari cukup untuk memboyong Magda kabur hingga ke ujung pelosok tanah air. Sementara, tujuan utama ke Irian Jaya, kerumah sahabatku ketika masih di kampung.
***
Malam itu, Susan benar-benar "all out" menjamu kami. Hal itu kami rasakan ketika hangatnya sambutan dan jamuan makan malam. Bagai kakak adik kandung, Susan dan Magda saling melempar joke dan sindiran namun pada batas-batas normal. Aku dan Hendra bagai penonton mendengar cengkrama mereka.
“ Magda, malam ini Tan Zung nginap di rumah iya? Besok Magda sudah mulai masuk kantor bukan? Sebelum ke kampus, aku antar bang Tanzung ke rumah pak Ginting.”

“ Terserah papa,” sahut Magda.
Apaaa? Magda panggil papa..?” teriaknya sambil beranjak dari kursi lalu memeluk Magda.
Dek...aku senang dengarnya,” lanjut Susan masih dalam pelukan seraya mencium pipi Magda.
“ Zung, panggil mama dong ...Aku pingin dengar..!” teriak Susan.
“ Ya, kalau malam ini mama ijinkan nginap, papa mau,”kataku. Segera Susan berpindah ke arahku dan memeluk. Kemudian menatapku, di depan suaminya, dia berujar: “ Zung impianmu menjadi kenyataan. Selamat Zung." Kemudian Susan mencium pipiku.

Sukacita Susan tidak berhenti sampai disana. “ Pap, ayo kita keluar. Malam ini kita merayakan "papa-mama" baru. Ayo pap, jangan bengong,” ajak Susan pada suaminya.
“ Mau kemana,” tanya Hendra bingung.
“ Ke night club,” jawab Susan. Susan menarik Hendra masuk ke kamar.
Aku dan Magda pindah ke sofa, duduk menunggu Susan dan Hendra ganti pakaian. Magda menyandarkan kepalanya ke atas dadaku. Terasa butiran hangat menetes diatas dadaku.
" Mama kenapa?" tanyaku seraya meraih kepalanya ke atas pangkuanku. Magda diam, tak menjawab pertanyaanku. Aku buru-buru mengusap airmatanya ketika Hendra dan Susan keluar dari kamar. (Bersambung)

Los Angeles. December 2009


Tan Zung
"Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment