Thursday, December 3, 2009

Telaga Senja (177)




Mclachlan, Sarah
I have a smile/Stretched from ear to ear/To see you walking down the road
We meet at the lights/I stare for a while/The world around us disappears

And it's just you and me/On my island of hope/A breath between us could be miles
Let me surround you/My sea to your shore/Let me be the calm you seek

Oh but every time I'm close to you/There's too much I can't say/And you just walk away
And I forgot to tell you I love you/And the night's too long/And cold here without you

I grieve in my condition/For I cannot find the words to say I need you so
Oh and every time I'm close to you/There's too much I can't say/And you just walk away

And I forgot to tell you I love you/And the night's too long/And cold here without you

I grieve in my condition/For I cannot find the words to say I need you so bad
I need you so bad
===================
" Mama kenapa?" tanyaku seraya meraih kepalanya ke atas pangkuanku. Magda diam,tak menjawab pertanyaanku. Aku buru-buru mengusap airmatanya ketika Hendra danSusan keluar dari kamar.
====================

Kami berangkat dengan mengenderai dua mobil. Susan menyuruhku satu mobil dengan Hendra. " Tan Zung kesana. Bapak-bapak satu mobil, mama-mama satu mobil," guraunya. Tiba di klub malam, Susan super aktif; dia mengatur posisi duduk kami dan memesan minuman. Susan tahu jenis minuman kesukaanku. " Adek, malam ini kita pesta mendahului pesta pernikahan kalian," ujarnya, usai Magda berbisik ke telingaku: " Pap, jangan terlalu banyak minum."
" Ya kak," jawab Magda diiringi tawa. Susan mengajakku "turun" melantai.
" Magda, kakak duluan iya!" ujar Susan permisi, diangguk oleh Magda.

" Zung, sebentar lagi kamu jadi seorang suami. Jadilah suami yang baik. Jangan macam-macam kamu dengan adikku Magda. Dia perempuan lugu dan penyabar. Tan Zung tak akan pernah akan ketemu dengan perempuan seperti dia," ucapnya sambil mendekapku.
" Susan juga baik.!" pancingku.
" Zung, sudah lah. Tadi aku ingatkan, tidak lama lagi kamu sudah jadi seorang suami."
" Tapi belum kan.?"
" Maunya Tan Zung apa?"
" Relakan aku pergi dengan tulus."
" Sudah sejak lama Zung," ujarnya, kemudian mengajakku kembali ke tempat duduk.

" Susan, tunggu dulu.! Kenapa buru-buru? Susan takut pada suami atau Magda.?"
" Aku takut pada abang."
" Apa yang Susan takutkan."
" Hubungan kalian akan terganggu."
" Kenapa.?"
"Bang..sudahlah kataku. Tan Zung telah menorehkan cinta kasih yang tak pernah aku lupakan, meski kita berhubungan tidak terlalu lama. Kasihan Magda. Tetapi percayalah Zung, aku tak akan pernah mengusik hubunganmu dengan Magda, yang telah aku anggap adikku sendiri."
" Memang Susan selama ini, masih..!?"
" Ya, Zung. Tetapi setelah abang serius, kembali ke Magda, aku terus berusaha melupakanmu. Meski cinta yang pernah abang taburkan masih ada yang tersisa, " ucapnya lembut.

" Aku bangga punya sahabat sepertimu. Susan terlalu banyak membantuku. Wajahmu selalu terbayang saat Magda mengenakan kalung dan anting pemberianmu itu. Aku tidak tahu harus berbuat apa membalas kebaikanmu."
" Aku tak pernah mengharap balas pemberianku. Zung, aku tulus memberikannya."
Kami lanjutkan melantai pada lagu berikutnya. Aku dan Susan semakin khusuk menikmati alunan lagu berirama sendu. Dekapan Susan semakin erat. Aku menggiringnya ke belakang pasangan yang sedang melantai, menghindar dari tatapan langsung Magda dan Hendra.
" Mungkin satu saat, aku masih butuh bantuanmu. Masih mau kah Susan membantuku?"
" Zung, apapun yang Tan Zung minta akan aku penuhi sepanjang aku mampu. Kecuali hatiku. Tan Zung kapan kembali ke Jakarta?"

" Magda tidak menginginkan aku kembali ke sana."
" Abang nggak mau jadi asistenku, seperti aku tawarkan bulan lalu.?"
" Aku sudah tanyakan ke Magda, tapi...."
" Ya, sudah lah. Aku mengerti. Aku juga tahu perasaan seorang perempuan. Nanti aku carikan pekerjaan yang sesuai dengan jurusanmu," ujarnya mengakhiri percakapan kami dalam dekapan. Sebelum aku dan Susan kembali ke tempat, Hendra dan Magda datang menyusul ke depan, tempat melantai. Hendra menghantarkan Magda ke depanku sambil membungkuk, sementara tangan kirinya ditaruh ke belakang, disambut tawa Susan. Susan melanjutkan dance dengan suaminya Hendra.

Lantulan lagu malam itu seakan menghantarkan Magda ke dalam peraduan malam nan sunyi. Dia memelukku erat, kepalanya bersandar diatas bahuku. Lagi, air mata menghangatkan bahuku. " Mama kenapa menangis?"
" Tadi di rumah Susan, papa kagetin mama."
" Oh...tentang rencana pernikahan kita.?"
" Ya pap.Kenapa nggak beritahu sebelumnya,?" suaranya lirih di sisi telingaku.
" Mama setuju kan rencana papa.?"
" Papa benar-benar sudah disiapkan secara matang.?"
" Ya, aku telah persiapkan semuanya. Seandainya pun keluarga kita tak akan menyetujui alur perjalanan cinta kita, papa telah rancang dengan matang rencana pernikahan meski harus kawin lari. Mama siapkan,?" tanyaku.

Magda mengangkat kepalanya, kemudian berucap:" Mama serahkan semua keputusannya kepada papa. Mama juga telah siap." Magda lantas menciumku mesra dan hangat.
" Pap, bicara apa dengan kak Susan? Berdua sedang nostalgia?"
" Mama masih percaya denganku kan.?"
" Ya pap. Salahkah mama bertanya?"
" Mama masih diliputi rasa cemburu meski pada Susan.?"
" Perlukah itu mama jawab.?"

"Mam, percayalah padaku. Di dalam biduk itu hanya kita berdua. Tak ada tangan lain mengayuh kecuali aku dan mama."
" Pap, tolonglah jangan lagi menorehkan duka baru di hati mama. Cukup pap, selama ini mama menahan siksa kala papa jauh dariku."
" Maaf..mam. Aku hanya mengucapkan terimakasih pada Susan. Selama ini dia cukup banyak membantuku."
" Pap, beberapa hari belakangan ini, perasaanku diliputi rasa gelisah. Entah kenapa."

" Gelisah karena papa.?"
" Nggak tahu lah. Pap, kita pulang iya. Atau, papa masih mau nginap di rumah Susan.?"
" Nggak mam...nggak!" tegasku. " Kita pulang sama ke rumah. Besok mama masih mau mengantarkan papa ke rumah pak Ginting.?"
" Nggak. Mama nggak mau...." ujarnya lirih di telingaku, lantas menggigitnya , gemas. ( Bersambung)

Los Angeles. December 2009


Tan Zung
"Magdalena & Dosenku “Pacarku “: http://tanzung.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment